Politisi Apresiasi Hasil Penelitian HMI Sukabumi

Sukabumi – Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi sudah melakukan langkah cerdas dan berani dengan melakukan penelitian tentang pembangunan dan partisipasi politik terhadap pilkada 2015. Banyak pihak pun mengapresiasi hasil karya ilmiah tersebut.

“Setelah kita melihat penjelasan yang disampaikan HMI soal penggunaan metodologi penelitiannya, tentu kami sangat mengapresiasi. Karena baru HMI yang bisa dan berani melakukan penelitian dan merilis hasilnya,” kata Ketua DPC PDIP Kabupaten Sukabumi, M Jaenudin, Ahad 23 Agustus 2015.

Jay sapaan akrab Jaenudin yang merupakan mantan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini juga mengaku, sejauh ini dirinya menilai hasil penelitian HMI yang menyebutkan pasangan Akhmad Jajuli – Iman Adinugraha unggul dibanding dua pasangan calon lain masuk diakal. Lantaran, penelitian tersebut merupakan hasil karya ilmiah.

“Adapun ada pihak yang menolak dengan hasil penelitian itu silakan saja,” katanya.

Ketua DPD PAN Kabupaten Sukabumi, Iman Adinugraha juga menyampaikan hal senada. Bahkan, menurut dia, hasil penelitian HMI tersebut diklaim tak jauh berbeda dengan hasil survei yang dilakukannya melalui Lembaga Survei Indonesia (LSI).

“Memang kuota respondennya terlalu sedikit hanya 200. Tetapi hasilnya sudah menggambarkan elektabilitas pasangan Jajuli-Iman unggul dan iltu hasil karya ilmiah. Itu yang harus kita apresiasi,” ucapnya.

Dengan unggulnya elektabilitas pada periode Agustus ini, masih kata Iman, tidak lantas pihaknya terlena dengan hasil sementara itu. Hal itu tentu menjadikan motivasi pasangan Jajuli-Iman dan tim suksesnya untuk mempertahankan dan memperkuat raihan simpatik dari masyarakat.

“Kita terus melakukan kerja sesuai agenda yang kita agendakan untuk Sukabumi gemilang,” tukasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum HMI Cabang Sukabumi, Wahyu Ginanjar berharap, hasil penelitian yang dilakukannya itu tidak dianggap sebagai pesanan salah satu paslon. Adapun hasilnya tidak menguntungkan bagi dua pasangan lain tentu kondisi tersebut harus menjadi bahan evaluasi demi perbaikan dalam mensosialisasikan tokoh yang diusung.

“Kita jelas untuk menentukan respondennya menggunakan metode multi stage random sampling. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen atau margin erornya 6,9 persen,” tandasnya.

Ia juga berharap, bagi yang tidak sepemahaman atau tidak setuju dengan hasil penelitian yang dilakukannya itu, sebagai pertanggungjawaban pihaknya mengaku siap untuk mendiskusikan dengan hasil penelitian atau survei yang dilakukan lembaga lain.

“Kami jelas sudah melakukan penelitian pembangunan dan partisipasi politik masyarakat terhadap pilkada 2015. Hal ini wujud kami sebagai mahasiswa yang melaksanakan tri darma perguruan tinggi. Penelitian itu juga salah satu kewajiban mahasiswa, karena kami tercatat sebagai aktivis bukan mahasiswa pasif,” bebernya.

Ia juga berharap, hasil survei tersebut tidak menjadi pasangan yang diunggulkan busung dada dan tidak unggul berkecil hati. Hal ini justru harus dijadikan bahan evaluasi para kandidat dan tim suksesnya masing-masing.

“Kalau masyarakat atau para politisi dan tim sukses tidak percaya dengan hasil penelitian yang kami lakukan itu jelas hak mereka. Karena kami juga tidak memaksakan agar hasil yang kami lakukan itu agar dipercaya. Kalau percaya itu kepada takdir yang Allah SWT gariskan. Manusia hanya berjuang, berdoa dan menerima dengan ikhlas apa yang menjadi takdir,” tukasnya. (shir/onk)

Terkait

Politik Lainnya

SantriNews Network