Virus Corona

Jumatan di Eropa: Kriteria dan Syarat Sah Shalat Jumat

Semalam saya melanjutkan ngaji online bersama kawan-kawan PCI NU Jerman. Di sesi sharing bersama, Ketua NU Jerman Gus Dr Oding Muhammad Rodlin Billah mengabarkan bahwa di Jerman saat ini tidak diperbolehkan melakukan perkumpulan lebih dari dua orang, sehingga sudah tiga kali Jumat tidak ada shalat Jumat. Sebab di Jerman termasuk tinggi tingkat penularan covid-19. Sampai kapan boleh tidak jumatan bila belum mendapatkan izin dari pemerintah negara tersebut?

Pelaksanaan shalat Jumat memiliki kriteria dan syarat tertentu. Ketika tidak terpenuhi maka kembali wajib untuk menjalankan shalat Dzuhur.

Sebelum disyariatkan shalat Jumat di Madinah, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan para Sahabat melakukan shalat Dzuhur. Sebelum tiba di Madinah para Sahabat sudah mengadakan perkumpulan di hari Jumat seperti halnya orang Yahudi melakukan perkumpulan di hari Sabtu dan orang Nasrani di hari Ahad. Setelah Nabi hijrah ke Madinah maka turunlah ayat perintah melakukan shalat Jumat (riwayat Mushannaf Abd Razzaq):

Redaksi riwayat Mushannaf Abd Razzaq itu adalah:

ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ ﺳِﻴﺮِﻳﻦَ ﻗَﺎﻝَ: “ ﺟَﻤَّﻊَ ﺃَﻫْﻞُ اﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﻘْﺪِﻡَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﺗَﻨْﺰِﻝَ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔُ ﻭَﻫُﻢُ اﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺳَﻤَّﻮْﻫَﺎ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔَ، ﻓَﻘَﺎﻟَﺖِ اﻷَْﻧْﺼَﺎﺭُ ﻟﻠﻴﻬﻮﺩ: ﻳَﻮْﻡٌ ﻳَﺠْﺘَﻤِﻌُﻮﻥَ ﻓِﻴﻪِ ﻛُﻞَّ ﺳَﺒْﻌَﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ، ﻭَﻟِﻠﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻣِﺜْﻞُ ﺫَﻟِﻚَ، ﻓَﻬَﻠُﻢَّ ﻓَﻠْﻨَﺠْﻌَﻞْ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻧَﺠْﺘَﻤِﻊُ ﻭَﻧَﺬْﻛُﺮُ اﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻧُﺼَﻠِّﻲ ﻭَﻧَﺸْﻜُﺮُﻩُ ﻓِﻴﻪِ، ﺃَﻭْ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا: ﻓَﻘَﺎﻟُﻮا: ﻳَﻮْﻡُ اﻟﺴَّﺒِﺖِ ﻟﻠﻴﻬﻮﺩ، ﻭَﻳَﻮْﻡُ اﻷَْﺣَﺪِ ﻟِﻠﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ، ﻓَﺎﺟْﻌَﻠُﻮﻩُ ﻳَﻮْﻡَ اﻟْﻌُﺮُﻭﺑَﺔِ، ﻭَﻛَﺎﻧُﻮا ﻳُﺴَﻤُّﻮﻥَ ﻳَﻮْﻡَ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻳَﻮْﻡَ اﻟْﻌُﺮُﻭﺑَﺔِ، ﻓَﺎﺟْﺘَﻤَﻌُﻮا ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺳْﻌَﺪَ ﺑْﻦِ ﺯُﺭَاﺭَﺓَ ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﺑِﻬِﻢْ، ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻭَﺫَﻛَّﺮَﻫُﻢْ ﻓَﺴَﻤَّﻮْﻩُ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔَ، ﺣَﺘَّﻰ اﺟْﺘَﻤَﻌُﻮا ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻓَﺬﺑَﺢَ ﺃَﺳْﻌَﺪُ ﺑْﻦُ ﺯُﺭَاﺭَﺓَ ﻟَﻬﻢُ ﺷَﺎﺓً ﻓَﺘَﻐَﺪَّﻭْا ﻭَﺗَﻌَﺸَّﻮْا ﻣِﻦْ ﺷَﺎﺓٍ ﻭَاﺣِﺪَﺓٍ، ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻘِﻠَّﺘِﻬِﻢْ “، ﻓَﺄَﻧْﺰَﻝَ اﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ: {ﺇِﺫَا ﻧُﻮﺩِﻱَ ﻟِﻠﺼَّﻼَﺓِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓَﺎﺳْﻌَﻮْا ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻛْﺮِ اﻟﻠَّﻪِ}
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ، ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻗَﺎﻝَ: اﻟﺠﻤﻌﺔ ﺣﻖ ﻭَاﺟِﺐٌ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻓِﻲ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﺇِﻻَّ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ: ﻋَﺒْﺪٌ ﻣَﻤْﻠُﻮﻙٌ، ﺃَﻭِ اﻣْﺮَﺃَﺓٌ، ﺃَﻭْ ﺻَﺒِﻲٌّ، ﺃَﻭْ ﻣَﺮِﻳﺾٌ

Diantara kriteria yang telah dirumuskan oleh para ulama Syafi’iyah adalah:

ﻭﻣﻦ ﺷﺮﻁ اﻟﻌﺪﺩ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻧﻮا ﺭﺟﺎﻻ ﺃﺣﺮاﺭا ﻣﻘﻴﻤﻴﻦ ﻓﻲ اﻟﻤﻮﺿﻊ ﻓﺎﻣﺎ اﻟﻨﺴﺎء ﻭاﻟﻌﺒﻴﺪ ﻭاﻟﻤﺴﺎﻓﺮﻭﻥ ﻓﻼ ﺗﻨﻌﻘﺪ ﺑﻬﻢ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻻﻧﻪ ﻻ ﺗﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﻢ اﻟﺠﻤﻌﺔ

Diantara syarat bilangan dalam shalat Jumat mereka harus laki-laki, bukan hamba sahaya, dan penduduk tetap. Sedangkan perempuan, hamba sahaya dan musafir maka shalat Jumat tidak sah, sebab mereka tidak berkewajiban melakukan shalat Jumat (Al-Majmu’, 4/502).

Di dalam madzhab Syafi’i ada dua istilah, yaitu Muqimin dan Mustauthinin. Muqim berarti bukan musafir tetapi tidak sedang dalam perjalanan karena berdiam diri lebih dari tiga hari namun bukan penduduk tetap. Sementara yang menjadikan sah shalat Jumat adalah mustauthin, penduduk tetap dan tidak berpindah-pindah.

Bagaimana status jumatan Muqimin ini? Penarjih utama Madzhab Syafi’i, Imam Nawawi berkata:

ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻗَﻮْﻝُ اﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒِ ﻫَﻞْ ﺗَﻨْﻌَﻘِﺪُ ﺑِﻤُﻘِﻴﻤِﻴﻦَ ﻏَﻴْﺮِ ﻣﺴﺘﻮﻃﻨﻴﻦ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﺟْﻬَﺎﻥِ ﻣَﺸْﻬُﻮﺭَاﻥِ (ﺃَﺻَﺤُّﻬُﻤَﺎ) ﻻَ ﺗَﻨْﻌَﻘِﺪُ اﺗَّﻔَﻘُﻮا ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺼْﺤِﻴﺤِﻪِ ﻣِﻤَّﻦْ ﺻَﺤَّﺤَﻪُ اﻟْﻤَﺤَﺎﻣِﻠِﻲُّ ﻭَﺇِﻣَﺎﻡُ اﻟْﺤَﺮَﻣَﻴْﻦِ ﻭَاﻟْﺒَﻐَﻮِﻱُّ ﻭَاﻟْﻤُﺘَﻮَﻟِّﻲ ﻭَﺁﺧَﺮُﻭﻥَ

Perkataan Abu Ishaq bahwa apakah shalat Jumat sah dilakukan oleh Muqimin yang bukan penduduk tetap? Ada dua pendapat. Dan pendapat yang kuat adalah tidak sah. Diantara para ulama yang menilai sahih adalah Al-Mahamili, Imam Haramain, Al-Baghawi, Mutawalli dan lainnya (Al-Majmu’ 4/503)

Seperti apa contoh muqimin ini? Syekh Al-Islam Zakariya Al Anshori menjelaskan:

ﻛَﻤَﻦْ ﺃَﻗَﺎﻡَ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺰْﻡِ ﻋَﻮْﺩِﻩِ ﺇﻟَﻰ ﺑَﻠَﺪِﻩِ ﺑَﻌْﺪَ ﻣُﺪَّﺓٍ ﻭَﻟَﻮْ ﻃَﻮِﻳﻠَﺔً ﻛَﺎﻟْﻤُﺘَﻔَﻘِّﻬَﺔِ ﻭَاﻟﺘُّﺠَّﺎﺭِ ﻟِﻌَﺪَﻡِ اﻟﺘَّﻮَﻃُّﻦِ

Muqimin seperti orang yang menetap di suatu tempat tapi ada niatan untuk pulang ke negaranya setelah masa tertentu meskipun lama, seperti para pelajar dan pedagang, sebab tidak ada niat berdomisili (Asna Al-Mathalib, 1/250).

Jadi, status warga negara Indonesia yang berada di luar negeri adalah sebagai Muqimin tapi bukan Mustauthinin. Mereka wajib melakukan shalat Jumat ketika di negara tersebut memang dilaksanakan shalat Jumat. Namun jika belum ada maka tetap berkewajiban shalat Dzuhur. Sampai kapan? Sampai diizinkan kembali untuk melakukan shalat Jumat setelah ancaman virus Corona ini reda. Wallahu A’lam. (*)

Ustaz Ma’ruf Khozin, Direktur Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.

Terkait

SYARIAH Lainnya

SantriNews Network