Kiai Habib Ahmad, Penjaga Tradisi Pengajian Kitab Hadis di Pesantren Tebuireng

“Selama di rumah, seorang santri harus menjaga tiga hal. Pertama, shalat jamaah lima waktu. Kedua, membaca Qur’an. Ketiga, patuh terhadap orang tua.” Demikianlah salah satu pesan yang pernah disampaikan al-Mukarom Kiai Habib Ahmad.

Sosok KH Habib Ahmad wajahnya sangat menyejukan. Kiai Ahli hadis ini, kalau sudah duduk bersila menghadap ke barat di tempat yang dahulu kabarnya Kiai Hasyim mengajar santri terlihat sangat penuh berwibawa. Kita bisa membayangkan kemana-mana. Tempat duduk yang sangat kramat itu memang tidak sembarangan bisa diduduki. Dalam pengertian hanya Kiai dan santri hebat yang pantas duduk di tempat itu untuk mengajar santri.

Kiai Habib Ahmad setelah tamat belajar di Pesantren Tebuireng tidak tinggal di daerah sekitaran pesantren sebagaimana para abdi pesantren lainnya. Jarak rumahnya dengan Tebuireng lumayan jauh. Meski pak kiai tidak tinggal didalam lingkungan pondok namun soal waktu beliau sangat disiplin. Sudah mencari ciri khas murid Kiai Idris Kamali yang sangat menghargai waktu. Begitupun dengan Gus Sholah yang kita kenal sangat tepat waktu.

Selanjutnya, Kiai Kamuli Chudori yang sekarang masih sugeng (semoga diberi kesehatan, amin) dan yang menggantikan peran Kiai Habib Ahmad juga sangat terkenal sangat disiplin waktu. Kalau mengaji ke beliau selain wajib baca sendiri apapaun kitabnya juga harus menghafalnya.

Jarang sekali beliau meliburkan mengajinya meskipun hujan deras misalnya selalu datang ke pondok. Itulah yang pernah saya amati selama ikut mengaji kepada beliau. Datang terlambat juga sama sekali tidak terlihat.

Selama ini KH Habib Ahmad merupakan salah seorang yang dikenal sebagai santri senior Pesantren Tebuireng yang ikut berkontribusi terhadap almamaternya yang didirikan oleh KH M Hasyim Asy’ari. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah pada 1967 beliau melanjutkan belajarnya dibawah bimbingan KH Idris Kamali di Pesantren Tebuireng.

Saat mengaji kepada Kiai Idris Kamali beliau sering membawakan kitab-kitab gurunya. Kiai Idris Kamali sangat mempengaruhi kepribadian dan intelektual seorang Kiai Habib Ahmad. Banyak kitab yang beliau hafal dan dikaji secara mendalam. Maklum, semua kitab yang mau dingajikan kepada Kiai Idris Kamali para santri harus baca sendiri dan menghapalkan. Sedangkan kiainya hanya menyimak bacaan, menerima setoran, dan menerangkan penjelasannya secara mendalam.

Belajar di bawah bimbingan Kiai Idris Kamali juga mewajibkan santri-santrinya shalat berjemaah, puasa sunnah, dan selalu aktif saat pengajian. Bila ketahuan ada yang berhalangan hadir maka wajib meminta maaf kepada orangtua. Jika tidak maka tak segan bagi kiai untuk manakzir bahkan mengeluarkan. Belajar disiplin amat sangat ditekankan.

KH Habib Ahmad belajar di Pesantren Tebuireng cukup lama. Khusus kepada kiai Idris Kamali beliau belajar selama 7 tahun. Kitab Shahih Bukhari dan Muslim pernah dibacakan di depan gurunya itu. Serta masih banyak kitab hadis dan lainnya yang dikhatamkan.

Kiai Habib Ahmad bisa menyantri di Tebuireng merupakan salah satu mimpi dari kedua orangtuanya yang berasal dari desa sebelah, Watugaluh, baratnya Keras, Jombang. Beliau sendiri seorang yang sangat gigih dan tekun dalam belajar saat mudanya.

Kiai Habib tidak menyangka akan meneruskan tradisi membaca kitab Shahih Buhkari Muslim di Pesantren Tebuireng menggantikan gurunya, Kiai Syansuri Badawi tokoh sebelum beliau. (sebelum Kiai Syansuri sempat alm. Gus Ishom sebentar). Tradisi yang dimulai sejak era Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari hingga sekarang terus berjalan.

Alkisah, sekitaran tahun 1973, alm. KH Yusuf Hasyim datang ke rumah Kiai Habib Ahmad di Perak, Jombang. Beliau meminta untuk membaca kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Dalam keterangan lainnya, beliau sendiri juga pernah bercerita, pernah bermimpi didatangi Kiai Idris Kamali. Tentu saja, saat itu sempat membuat hatinya tersentuh, dan bertanya dalam diri, ada apa ini. Apalagi, bagi kita yang santri kemarin sore, kadang memang dipanggil kiai baik didalam alam nyata maupun alam mimpi sering bikin bertanya-tanya, ada firasat apa ya..

KH Habib Ahmad tak bisa menolak perintah Kiai Yusuf Hasyim. Dan beliau juga menduga inilah tanda mimpi kunjungan Kiai Idris Kamali kerumahnya saat dalam mimpi. Sebelum memulai pengajian Kitab Shahih Bukhari Muslim menjelang Ramadhan, beliau selalu tirakat lebih dahulu. Beliau mendekatkan kepada Allah dengan cara berpuasa selama beberapa hari dan memohon ilmu barokah kepada Allah. Tak lupa, beliau juga selalu kirim Fatihah kepada Mbah Hasyim dan masyayikh yang lainnya.

Usahanya itu membuahkan hasil. Kata beliau, selain dapat istikomah juga diberikan pengetahuan dari Allah SWT. Saat pengajian semua lancar, tidak ada kesulitan mengartikan teks dan menjelaskan isi kitab.

KH Habib Ahmad juga tercatat sebagai salah satu kiai yang diajak KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah untuk merintis mendirikan Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari. Lembaga pendidikan yang khusus berkonsentrasi kitab kuning ini secara resmi berdiri pada 2008. Di Mualimin ini masa belajar 6 tahun. Materinya semua kitab kuning. Masa awal hanya beberapa santri, lima belasan yang mendaftar, kini sudah tiga ratusan kurang lebih jumlahnya, dan semua pelajar dan pengajarnya, laki-laki tidak ada perempuannya.

Madrasah Mualimin tentu kini nampak besar baik dari segi jumlah santri dan gedungnya dibandingkan tahun 2008-2009. Setelah enam tahun mendalami kitab kuning diharapkan lulusannya kalau melanjutkan belajarnya di Mahad Aly Tebuireng.

Kiai Habib Ahmad selain tercatat sebagai pendiri juga dewan pengajarnya bersama kiai Sepuh lainnya, seperti KH Abdul Hakam, dan lainnya kala itu. Jauh sebelum mengajar di Mualimin juga mengajar di Madrasah Aliyah dan lainnya di lingkungan Pesantren Tebuireng.

Semasa KH Habib Ahmad menyantri di Pesantren Tebuireng satu kelas dengan KH M Ishak Latif. Kepada teman sekelasnya beliau menganggapnya bukan sekedar kawan namun juga gurunya.

Pada tahun belakangan ini pengajian Kitab Shahih Bukhari Muslim seterusnya dipercayakan kepada Kiai Kamali Chudori. Sosok Kiai yang lebih muda secara usia dan masih kelihatan segar. Kiai Kamuli teman satu kamar dengan Prof Ali Musthofa Yakub, ahli hadis, juga merupakan santri Kiai Idris Kamali generasi akhir. Karena faktor usia dan kesehatanlah yang membuat Kiai Habib berhenti mengisi pembacaan kitab hadis yang monumental dan telah berlangsung bertahun-tahun.

Sabtu siang, 26 September 2020 Kiai Habib Ahmad dipanggil sang Khalik. Udara yang siang tadi terasa sangat panas tiba-tiba rohmat Allah yang berupa hujan turun ke bumi. Suasana pun berubah menjadi sejuk.

Selama Jalan, pak kiai. Semoga mendapatkan ampunan dan kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Kagem Kiai Habib Ahmad, Al-Fatihah. (*)

Terkait

Uswah Lainnya

SantriNews Network