Nabi Khidir dan Aristoteles

Abdul Karim al-Jili menulis:

ان أرسطو تلميذ أفلاطون لزم خدمة الخضر، واستفاد منه علوماً جمة، وكان من تلامذته). (الإنسان الكامل 117/2)

“Aristo, murid Plato, mengabdi dan belajar banyak sekali ilmu pengetahuan pada Nabi Khidir. Ia adalah salah satu santrinya. (Insan Kamil, 2/117).

Nabi Musa diminta Tuhan menemui seseorang (Nabi Khidir) di sebuah pantai “Majma’ al-Bahrain”, dua lautan dengan rasa air yang berbeda: tawar dan asin. Keduanya bertemu tetapi tidak bercampur. Di antara keduanya ada ruang (barzakh).

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)

Di situ ada air yang disebut “Ma al-Hayah”, air kehidupan. Platon mengatakan:
ان من شرب من ماء الحياة فانه لا يموت
“Siapa saja yang minum air dari “air kehidupan ini tak akan mati selamanya”.

Menurut Abdul Karim al-Jili, Platon telah sampai ke tempat ini dan minum air tersebut. Dia hidup sampai hari ini.

Aristoteles, atas saran Platon, gurunya itu, berangkat menuju “Majma’ al-Bahrain”. Iskandar Agung, muridnya ikut serta dengan diiringi para pengawal.

Dalam perjalanan menuju pantai itu mereka bertemu seorang pemuda yang di kemudian hari dikenal sebagai Khidir. Ia bergabung bersama mereka.

Dalam perjalanan, Aristo dan Khidir memisahkan diri. Iskandar dan para pengawalnya terus berjalan sampai melewati “Maraj al-Bahrain”. Mereka tidak mengetahui tempat itu, padahal itu yang dituju. Mereka terus berjalan tanpa arah, dan kebingungan, lalu berhenti.

Sementara Khidir berhenti dan Aristo pun mengikutinya, berhenti di tempat itu (pertemuan dua lautan) Aristo melihat Khidhir minum “Ma al-Hayat” (air kehidupan). Ia ikut minum. Ia juga menyaksikan Khidir berjalan di atas air laut, mandi dan berenang serta keanehan-keanehan lainnya.

Aristo menyimpan dan merahasiakan keanehan-keanehan itu. Ia tak pernah menceritakannya kepada muridnya: “Alexander the Great”, raja Macedonia itu, kecuali sesudah Iskandar kembali.

فلزم الخضر واستفاد منه علوما جمة
Aristo berhari-hari bersama Khidir. Ia belajar banyak sekali ilmu pengetahuan dari sang Nabi.

Seperti gurunya Aristo juga masih hidup hingga hari ini, berkat minum “air kehidupan” itu. (*)

05.03.2020

Terkait

Hikmah Lainnya

SantriNews Network