NU Jatim: Dimas Kanjeng Bukan Kiai, Tapi Penipu

Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH Syafrudin Syarif (santrinews.com/nabil)

Surabaya – Dalam pandangan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, pimpinan Padepokan “Dimas Kanjeng” Probolinggo, yakni Taat Pribadi, bukan menyebarkan ajaran sesat, karena yang bersangkutan bukan ahli agama. Yang bersangkutan tidak lebih sebagai penipu dengan menyalahgunakan agama.

“Dia bukan kiai, karena dia tidak pernah mengadakan kegiatan keagamaan, bahkan kalau ada kegiatan agama pun mengundang ulama dari luar untuk ceramah,” kata Katib Syuriah PWNU Jatim KH Syafrudin Syarif di sela pertemuan Lembaga Takmir Masjid (LTM) NU dan Ketua Takmir Masjid se-Jatim di Surabaya, Sabtu siang, 1 Oktober 2016.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatuddin al-Islami Probolinggo ini, Taat Pribadi merupakan penipu yang menggunakan agama untuk meyakinkan masyarakat saja. Bahkan penggandaan uang selama ini juga sebagai trik untuk menipu.

“Istilahnya itu, dia menggunakan semacam gendam. Dia bilang punya shalawat fulus untuk mendatangkan uang, padahal shalawat yang dia pakai itu Shalawat Nariyah yang disalahgunakan untuk mendapat istidraj,” kata Kiai Syafrudin, sapaan akrabnya.

Dalam praktiknya, Taat Pribadi menggunakan air yang membuat orang menjadi tidak sadar dan bisa diperintah melakukan apa saja. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang menyetor uang dalam jumlah tertentu untuk digandakan. “Padahal dia tidak bisa menggandakan uang,” ungkapnya.

Imbas dari ilmu gendam yang digunakan, sejumlah kalangan rela menunggu di padepokannya. “Dengan demikian, orang yang ada di Padepokan Dimas Kanjeng itu bukan santri, tapi orang-orang yang menunggu uangnya berhasil dilipatgandakan,” terang.

Kiai Syafruddin berkeyakinan bahwa para murid Dimas Kanjeng berada di bawah pengaruh gendam. “Saya yakin orang itu dibawah pengaruh gendam, bahkan cendekiawan seperti Marwah Daud itu mungkin saja juga kena pengaruh gendamnya,” sergahnya.

:Hal tersebut akan mudah terjadi lantaran pengaruh kapitalisme yang serba pragmatis dan instan, sehingga masyarakat mudah tertipu,” lanjutnya.

Karenanya, Kiai Syafrudin mengimbau masyarakat kembali kepada ajaran agama yang benar. “Yakni dengan mengikuti para ulama yang mengajarkan kerja keras dan diiringi dengan doa,” pungkasnya. (nabil/hay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network