Nur Cholil, Sarjana Yang Setia Dampingi Para Petani

M Nur Cholil Efendi (dua dari kiri) bersama para petani di Sidoarjo (santrinews.com/rusman)
DI Era seperti sekarang ini, tak banyak anak muda yang mau peduli terhadap dunia pertanian. Apalagi sampai mau memikirkan dan membantu para petani, tertarik saja tidak.
Pemuda sekarang kebanyakan lebih suka pada yang praktis-praktis, kalaupun mau bekerja, tak mungkin mereka memilih menjadi petani, tapi yang dianggap lebih bergengsi ya kerja-kerja kantoran.
Selain karena gengsi, dunia pertanian dianggap tak menjanjikan secara penghasilan. Apalagi sekarang memang petani seringkali dipandang sebelah mata. Banyak yang lupa kalau beras yang dimasak itu merupakan jerih payah para petani.
Namun, pandangan itu tidak berlaku bagi M Nur Cholil Efendi. Pria kelahiran Sidoarjo 27 Agustus 1987 ini justru merasa terpanggil dengan keberadaan petani yang sekarang dalam kondisi memprihatinkan.
Itulah yang kemudian mendorong Cholil sampai sekarang tetap istiqomah mendampingi para petani di Kabupaten Sidoarjo, khususnya di tiga Kecamatan Gedangan, Sedati dan Buduran. Cholil telah 4 tahun menjalani pendampingan terhadap petani.
“Leluhur kita merupakan petani, jadi sudah seharusnya kita peduli dan melestarikan apa yang dilakukan oleh sesepuh kita,” kata Cholil saat ditemui usai medampingi petani yang baru selesai panen padi, Ahad 2 Oktober 2016.
Menurut Cholil, apa yang dilakukannya bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum dirinya, Abahnya (orang tua Cholil) malah sudah 20 tahunan mendampingi para petani.
Pria lulusan IAI Al Khoziny Sidoarjo ini lalu bercerita, bagaimana dirinya melakukan pembinaan dan pendampingan. Ia membina petani mulai dari hulu sampai hilir. Membina mulai sebelum tanam hingga padi hasil tani sampai pada tangan penjual.
Mantan aktivis PMII ini menambahkan, ada kurang lebih 300 petani dari 3 Kecamatan yang dibina. Mulai dari menyiapkan lahan, memberi bantuan modal tanam, memberikan pemahaman tentang penanaman, menyiapkan obat pertanian sampai mendatangkan mesin perontok saat panen. “Kurang lebih ada 80 Hektar tanah yang saya siapkan,” jelasnya.
Cholil menyadari, apa yang dilakukannya tidak seberapa, tapi dia memiliki komitmen untuk terus melakukan pemberdayaan pada petani di Sidoarjo hingga terwujud masa depan anak cucu yang cerah.
Cholil berharap, pemerintah memperhatikan nasib petani. Salah satunya dengan memprioritaskan penyerapan beras hasil tani masyarakat ketimbang beras impor.
“Hari tani kemarin harusnya mejadi spirit untuk terus memperhatikan kesejahteraan petani,” tandasnya.
Kata Cholil, untuk membantu petani yang ia dampingi, di Mojosari, Mojokerto dirinya memiliki lumbung padi dan ia juga punya “UD Jadi Berkah” untuk menyerap padi para petani. (rus/jaz)