Beasiswa Banyuwangi Cerdas bagi Penghafal Al Quran
Banyuwangi – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur membuka program beasiswa Banyuwangi Cerdas untuk jalur para penghafal Al Quran atau hafidz. Mereka akan dibiayai sampai lulus kuliah.
“Mereka akan dibiayai kuliahnya sampai selesai studi di sejumlah perguruan tinggi, terutama yang berbasis agama,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Dwi Yanto di Banyuwangi, Kamis, 9 Juli 2015.
Ia menjelaskan Banyuwangi Cerdas merupakan adalah program pemberian beasiswa dari pemerintah daerah setempat kepada anak muda berprestasi dengan pemberian bantuan biaya hingga level perguruan tinggi yang dimulai sejak 2011.
Menurut dia, seleksi beasiswa Banyuwangi Cerdas untuk jalur para penghafal Al Quran telah dilakukan selama bulan Ramadan ini. Seleksi untuk jalur siswa kurang mampu berprestasi juga dilakukan pada waktu bersamaan yang dipusatkan di aula Dinas Pendidikan.
Dia mengatakan, para penghafal Al Quran diberikan kuota khusus. Karena itu berapapun orang yang mendaftar akan diterima setelah melalui dites hafalan Al Quran dan mereka bisa membuktikan kemampuannya.
Untuk seleksi itu, kata Dwi Yanto, seperti dilansir Antara, Dinas Pendidikan Banyuwangi melibatkan para ahli membaca Al Quran.
Sementara berdasarkan pendaftaran, ada lima penghafal Quran yang ikut serta program ini. Mereka dengan dukungan sekolahnya masing-masing mendaftarkan diri kepada Dinas Pendidikan.
“Ada satu pelajar yang hafal 30 juz. Menariknya, dia yang berasal dari Desa Jambewangi, Sempu, ini merupakan lulusan program paket C. Kemudian yang hafal 10 juz, lulusan MAN Banyuwangi. Satu orang yang hafal 7 juz adalah perempuan, lulusan SMA Sunan Ampel Bangorejo, sedangkan dua orang yang hafal 5 juz merupakan lulusan MA Unggulan Mambaul Huda,” paparnya.
Menurut dia, kelima pelajar penghafal Al Quran itu sudah dinyatakan lolos seleksi.
Dwi Yanto berharap program ini akan memotivasi anak-anak yang saat ini tengah menjadi santri maupun sedang belajar menghafal Al Quran.
“Saya berharap ini bisa menyemangati mereka, bahwa bukan tidak mungkin mereka yang lulusan pondok bisa bersekolah di perguruan tinggi negeri,” ujar Dwi Yanto. (onk/ubaid)