Ketua DPRD Sulbar: Pesantren Jadi Filter Dekadensi Moral

Ketua DPRD Sulawesi Barat A Mappangara menyalami santri-santriwati Pondok Pesantren Ihyaul Ulum DDI di Kelurahan Baruga, Majene (santrinews.com/ist)
Sulawesi Barat – Ketua DPRD Sulawesi Barat A Mappangara mengatakan, keberadaan pondok pesantren mampu menjadi filter atas kekuatan arus penyebaran narkoba. Pasalnya, gempuran narkoba tak bisa disangkal, merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya menggoyang NKRI melalui perusakan fungsi otak generasi muda.
Hal ini dikemukakan Mappangara saat menghadiri penamatan Santri-Santriwati Pondok Pesantren Ihyaul Ulum DDI di Kelurahan Baruga, Majene, Senin, 23 Mei 2016.
Dikatakan, gempuran narkoba tak hanya menyerang wilayah perkotaan saja. Tapi sudah merambah memasuki dusun. “Segmennya bukan hanya orang berduit. Yang pas-pasan secara ekonomi pun ikut menjadi korban. Ini kalau tidak tertangani dengan baik, maka akan menjadi ancaman luar biasa bagi masa depan bangsa kita, khususnya di Sulawesi Barat,” terang politikus Partai Demokrat ini.
Untuk itu, ia mengaharapkan agar seluruh pihak dapat benar-benar mawas diri terhadap bahaya Narkoba. “Oleh pemerintah terus mendorong agar ini dapat diseriusi penanganannya. Dan kita berharap Pondok Pesantren DDI Baruga bisa menjadi bagian penting dari upaya global yang sengaja merancang generasi agar makin tidak bermoral,” tambahnya.
Di samping itu, bagi Mappangara, Pesantren juga memiliki andil yang cukup penting untuk melakukan filter terhadap seluruh potensi kemunculan gerakan radikal. Apalagi jika telah nyata mengatasnamakan agama.
“Pesantren sebagai lumbung pencetak kader berilmu dan bertakwa diharapkan benar-benar mampu membina generasi dengan baik. Sehingga nantinya, dari sisi pembentukan karakter, kita punya harapan besar bahwa generasi yang ditelorkan Pesantren memang pantas untuk diberi ruang dan kesempatan yang lebih luas,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Barat, KH. Nur Husain mengungkapkan, kecenderungan generasi saat ini sesungguhnya telah berada di ambang yang cukup mengkuatirkan. Sebab proses dalam pencarian keilmuan sudah nyaris menjauh dari nilai dan karakter keislaman. Karakter yang dimaksud adalah kemampuan untuk meadukan antara iman dan ilmu.
“Kalau orang hanya beriman, maka akan sangat mudah untuk dibodohi orang. Tapi kalau orang berilmu dan tidak beriman, akibatnya bisa lebih fatal. Karena akan menciptakan ilmuwan yang tak beradab,” tegasnya. (shir/adv)