Ulama NU Semarang Satukan Barisan Lawan Intoleransi

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersalaman dengan Rois Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail Lc, usai mengikuti Silaturahmi Forum Mustasyar di kediaman Dr KH Muslihan, Jalan Gondomono No. 2 Kokrosono Semarang (santrinews.com/agus)
Semarang – Rois Syuriah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail Lc menegaskan akan terus bersinergi dengan Pemerintah Kota Semarang melawan berkembangnya sikap dan perilaku intoleransi di masyarakat.
Sebab apabila perilaku intoleransi dibiarkan membudaya akan membahayakan ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyarariyah. Pada akhirnya akan membahayakan persatuan dan kesatuan serta kedaulatan NKRI.
‘‘Makanya di tahun 2017 ini kami akan memperkuat pengkaderan melalui pendidikan kader berbagai jenjang untuk mengembangkan sikap tasamuh atau toleran, menghargai perbedaan dan pluralisme dan menjadi garda terdepan kedaulatan NKRI,’‘ tegas Kiai Hanief.
Dia mengatakan hal itu dalam silaturahmi Forum Mustasyar di kediaman Dr KH Muslihan Jalan Gondomono no.2, Kokrosono Semarang belum lama ini.
Ketua Tanfidziyah KH Anasom menjelaskan, Silaturahmi Mustasyar diselenggarakan untuk kali pertama dalam rangka mendengarkan masukan, saran dan kritik bagi pengurus agar dalam menjalankan roda organisasi makin terarah dan tepat sasaran.
‘‘Kami sengaja hadirkan para sesepuh agar memberikan kritik dan masukan serta saran kepada pengurus. Dan alhamdulillah semua masukan itu sangat bermanfaat,’‘ kata dosen UIN Walisongo itu.
Hadir pada acara itu antara lain Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, mantan Gubernur Jateng Drs H Ali Mufiz MPA, Drs KH Ahmad Hadlor Ikhsan, pengusaha konfeksi KH Mustain, KH Samhudi dan tuan rumah Dr KH Muslihan.
Menurut Kiai Hanief, PCNU akan bicara ajaran Ahlussunnah Waljamaah yaitu perilaku tasamuh, (toleran), tawazun, dan i’tidal menjaga keseimbangan dan keadilan. ‘‘Sungguh belakangan umat merasa risau dengan ucapan maupun sikap dan perilaku sejumlah orang yang mengabaikan toleransi (intoleran). Ini sangat berbahaya dalam rangka keutuhan NKRI. Sebab sejak awal NKRI dibangun dalam kebhinekaan dan kemajemukan,’‘ katanya.
Selain perilaku intoleransi yang harus dihadapi adalah faham radikal (tathorruf). Menurut Kiai Hanief, sikap radikal harus dilawan dengan ajaran Islam Wasyatiyah atau moderat. ‘‘Kita ini umat Islam yang hidup dan tumbuh di Indonesia. Jadi budaya dan adat istiadat harus dijaga dengan baik. Tidak usah memaksakan perilaku dan budaya impor untuk berkembang di Indonesia,’‘ tegasnya. (agus/ubaid)