Islam Menolak Anti Kemanusiaan (2)

Oleh: Ubaidillah Achmad

ISLAM berbeda dengan ideologi. Karenanya, jangan menjadikan Islam sebagai ideologi. Islam seperti agama kenabian yang lain: agama fitrah. Artinya, jalan yang tidak berbelok belok yang didasarkan prinsip kesadaran pada nilai kebenaran.

Sehubungan dengan prinsip nilai kebenaran yang sudah tertanam dalam diri manusia, maka setiap manusia bisa memahami kebenaran yang tercatat dalam dirinya. Bagaimana dengan adanya ajaran agama-agama? Apakah bisa disebut sebagai fitrah?

Yang jelas, sebelum manusia mendapatkan ajaran ajaran tentang kebenaran dan kemanusiaan, maka manusia sudah memiliki potensi dan prinsip nilai yang bersifat universal diakui oleh seluruh umat manusia. Sedangkan, ajaran merupakan bentuk pemahaman subjektif yang berfungsi untuk menguatkan prinsip kebenaran yang sudah bercampur dengan ide dan kehendak subjektif atau kepentingan komunal.

Meskipun demikian, dalam ajaran masih banyak yang mengungkapkan prinsip kebenaran yang tidak ada unsur kehendak subjektif. Jadi, adanya prinsip nilai kebenaran ini memumkinkan akan keluar dari kejernihan prinsip nilai subjek, namun juga tidak sedikit yang terdistorsi kehendak subjektif. Kehendak subjektif ini, ada yang berlaku secara universal dan ada yang berlaku secara partikular.

Universalitas mengacu pada prinsip yang sama yang memungkinkan mendapatkan distorsi partikularitas-subjektif. Hal ini bisa disimpulkan, meskipun Islam telah menjadi ajaran, namun Islam lebih tepat disebut sebagai prinsip nilai yang diajarkan menjadi sebuah ajaran kebenaran.

Sehubungan dengan kerangka filosofis tersebut, maka akan mudah dipahami: apakah sebuah ajaran sesuai dengan prinsip Islam atau sebuah ajaran telah terperangkap oleh kehendak subjektif yang serat dengan kepentingan? Misalnya, kemanusiaan merupakan prinsip nilai atau nilai dasar bagi kehidupan manusia. Karena kemanusiaan merupakan prinsip nilai kebenaran, maka akan mudah disimpulkan pilihan atau kebijakan yang berdampak pada kemanusiaan atau berdampak pada kepentingan sementara para kapitalis.

Oleh karena itu, industri semen sebagai usaha kaum kapitalis, apakah manusiawi atau tidak, sudah dapat dipahami dampak ekologis bagi nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, juga dapat dipahami dari perspektif adanya relasi suci kosmologis yang harus terus terjaga oleh setiap umat manusia.

Sama dengan nilai kemanusiaan yang menjadi inti hidup manusia, Islam juga meneguhkan prinsip nilai kebenaran yang sudah menjadi fitrah manusia, maka dengan sendirinya, inti rahasia Islam, baik yang sudah diajarkan maupun yang belum diajarkan kepada semua umat manusia, adalah tetap pada prinsip menolak segala yang anti kemanusiaan, anti keadilan, dan yang anti persamaan.

Mengapa ada teks kewahyuan? Teks kewahyuan berfungsi membenarkan prinsip nilai kebenaran atau nilai kemanusiaan sebagai inti hidup semua umat manusia. Karenanya, meskipun seseorang membaca teks kewahyuan, namun tidak membela kemanusiaan, maka tidak akan bertemu maksud isi teks kewahyuan.

Sebaliknya, seseorang akan menemukan hakikat kemanusiaan yang dijelaskan teks kewahyuan, karena seseorang merasakan apa yang telah dilakukannya sesuai dengan prinsip kemanusiaan.

Oleh karena itu, petani kendeng mendapatkan tempat yang istimewa bagi kemanusiaan, karena telah berupaya menjaga relasi suci kosmologis dan masa depan kemanusiaan relevansinya dengan keberlangsungan sumber daya alam. (*)

Ubaidillah Achmad, Dosen UIN Walisongo Semarang, Suluk Kiai Cebolek dan Islam Geger Kendeng.

Terkait

Dirosah Lainnya

SantriNews Network