Hari Paskah 2016

Menjadi Manusia yang Luar Biasa

Oleh: Lilyana Phandeirot, ST

SELAMAT Hari Paskah, yang pada tahun 2016 ini jatuh pada Jumat kemarin, 25 Maret 2016.

Engkau mungkin memiliki kekurangan, merasa gelisah dan kadangkala hidup tak tenteram, namun jangan lupa hidupmu adalah sebuah proyek terbesar di dunia ini. Hanya engkau yang sanggup merasa agar tidak merosot. Ada banyak orang yang membutuhkanmu, mengagumimu, dan mencintaimu, suatu ungkapan Homili Sri Paus Franciskus.

Ketika tiap tahun pada perayaan Paskah bersama seringkali ada orang yang bertanya kepada saya mengenai makna perayaan Paskah bagi saya. Sejujurnya saya tidak pernah berpikir jawaban yang sama berulang tiap tahunnya. Tiap tahun jawaban selalu berbeda.

Sadar atau tidak sadar, saya akan mulai mengkilas balik, mengingat-ingat kejadian terdekat yang merefleksikan suasana hati saat ini. Jawaban yang menyangkut kenyataan hidup saat ini. Lebih banyak mengarah ke hal-hal spiritual.

BAHAGIA

Tahun ini dimana kita hidup di zaman yang semakin edan zaman yang serba tidak pasti, agak sulit memaknai sebuah perayaan. Apakah itu dibilang menyerah? Letih? Kecewa? Terus dan terus berpikir negatif. Setiap orang mempunyai jawaban yang berbeda. Masih adakah secercah harapan?

Musibah yang datang silih berganti, cobaan yang selalu mewarnai hidup. Semuanya lebih sering datang daripada yang namanya kesenangan dan kegembiraan. Sadarkah kita bahwa semua kesusahan hidup membawa kita semakin dekat dengan-Nya. Mustahil bila kita selalu berharap hidup ini tanpa musibah.

Menjadi bahagia adalah mencari kekuatan untuk memaafkan, mencari harapan dalam perjuangan, mencari rasa aman di saat ketakutan, dan mencari kasih di saat perselisihan. Dan tidak lupa untuk bukan sekedar tersenyum untuk menutupi kegalauan hati tetapi bisa mengolah kesedihan menjadi pengalaman kehidupan. Bukan hanya mengenang kejayaan, melainkan juga belajar dari kegagalan.

Bukan hanya bergembira karena menerima tepuk tangan meriah, tetapi juga bergembira meskipun tak ternama. Bahkan ketika kita harus menanggung ketika kita ditolak. Meskipun kita dikritik secara tidak adil. Meskipun kita disakiti dan dihujat oleh sahabat sahabat kita.

Kebahagiaan tidaklah harus menjadi orang yang tersohor. Cukup lah apabila kita bisa mampu berpikir untuk menghargai diri kita sendiri. Menghargai keberadaan kita di dalam keluarga dan lingkungan. Dengan demikian keluarga kita juga akan merasa dihargai satu sama lain.

Menjadi diri sendiri merupakan sebuah kemenangan yang tertinggi. Penghargaan kita terhadap diri sendiri dan melibatkan kita sebagai pelaku bukan penonton dalam sejarah adalah bukti kemenangan itu.

Bahagia juga akan terasa ketika kita bisa hidup bebas dan sederhana. Ketika kita juga memiliki kedewasaan untuk mengakui terlebih dahulu, “Saya Salah.” Berani berkata, “Maafkan Saya.” Tidak malu berkata, “Saya membutuhkan Kamu”. Menjadi sahabat kebijaksanaan yang bisa menemani menyemangati kehidupan ini.

Manusia Luar Biasa

Mengertikah kita bahwa untuk menjadi bahagia tidak lah harus menjalani kehidupan yang sempurna tanpa beban. Melainkan menggunakan airmata untuk menyirami toleransi hidup. Menggunakan kehilangan untuk lebih memantapkan kesabaran. Menggunakan kegagalan untuk mengukir ketenangan hati. Menggunakan penderitaan untuk dijadikan landasan kenikmatan. Menggunakan kesulitan untuk membuka jendela kecerdasan.

Inilah pesan Paus Fransiskus yang terakhir, bahwa Jangan lah dengan mudah kita menyerah dalam hal apapun. Jangan lah juga kita berhenti mengasihi orang orang yang kau cintai. Jangan lah mudah menyerah untuk menjadi bahagia karena kehidupan ini adalah sebuah pertunjukkan yang menakjubkan.

Dan engkaulah seorang manusia yang luar biasa! Selamat PASKAH Sahabatku!!!. (*)

Lilyana Phandeirot, ST, Direktur Eksekutif INDOP Institute.

Terkait

Dirosah Lainnya

SantriNews Network