Insiden Bentrok Syiah-Sunni
Dua Santri Asal Indonesia di Yaman Tewas

Suasana bentrokan di Yaman (rimanews/santrinews.com)
Jakarta – Yaman kembali membara. Pertempuran antara Syiah Houthi dan Sunni Salafi kembali terjadi di lembah Dammaj, Yaman, tempat ratusan santri asal Indonesia menuntut ilmu agama.
Sedikitnya dua orang WNI tewas dihantam mortir pemberontak Syiah Houthi. Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri Tatang Razak, Jumat, 29 November 2013, mengatakan ada satu korban bernama Mohammad Rafii tewas.
Rafii yang berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur, itu merupakan santri Darrul Hadits, provinsi Sa’dah. “Atas izin keluarga almarhum, jenazah sudah dikebumikan di Dammaj,” kata Tatang.
Rafii meninggal dalam pertempuran pada 16 November lalu. Belum diketahui apakah dia ikut dalam pertempuran itu atau tidak.
Selain Rafii, ada lima WNI yang mengalami luka-luka akibat serangan pemberontak Houthi itu. “Mereka bernama Muslim, Said Fuhaid, Said, Hanif dan Umamah,” kata Tatang.
“Korban lainnya dari Somalia, Aljazair, Malaysia dan Arab Saudi,” imbuhnya.
Kesaksian lainnya disampaikan Ahmad Hassan dari pondok pesantren Ittibaus Sunnah, Magetan, yang juga pengelola situs ISNAD.net.
Hassan yang mengaku adiknya tengah kuliah di Darrul Hadits mengatakan ada satu lagi korban tewas bernama alias Abu Qudamah dua hari lalu. “Adik saya berada satu tempat dengan Abu Qudamah,” kata Hassan.
Hassan seperti dilansir Vivanews, mengatakan, korban tewas berada dalam kondisi mengenaskan. Rafii yang diperkirakan berusia 31 tahun, separuh tubuhnya hancur terkena bom.
“Padahal, Rafii (pada) idul fitri kemarin sudah membeli tiket untuk pulang (ke Indonesia) seharga Rp20 juta,” ujarnya.
Lokasinya yang berada di lembah menjadikan pesantren Darrul Hadits menjadi sasaran empuk kelompok pemberontak Syiah Houthi. Pemerintah Yaman sendiri tidak bisa memukul mundur gerombolan bersenjata ini.
Tahun 2011 lalu, insiden ini pernah terjadi yang juga menewaskan beberapa WNI. Saat itu, Kedutaan Besar RI di Sanaa, Yaman, mengaku sudah membujuk para santri asal Indonesia untuk keluar dari Dammaj, namun para WNI tetap bersikeras tinggal. KBRI saat itu bahkan sampai harus membuat surat pernyataan jika para santri ingin tinggal.
Sama seperti insiden dua tahun lalu, kini para santri Indonesia yang berjumlah 140-145 orang terjebak di Dammaj. Pasokan makanan dan obat-obatan mulai menipis, sementara korban terus berjatuhan.
“Posisi mereka benar-benar diembargo. Kini mereka betul-betul bertahan,” ujar Hassan. (ahay)