Muktamar Ke-34 NU 2021
Gus Yahya, Ambassador NU dan Indonesia di Kancah Pergaulan Dunia

KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya
Ini adalah catatan saya berdasarkan pengalaman selama ini dalam berinteraksi dengan KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
Sosok Gus Yahya —kini Katib Aam PBNU— bagi saya bisa dijelaskan dalam 3 hal:
Pertama, Gus Yahya adalah seorang man of ideas. Dalam berbagai diskusi publik maupun perbincangan terbatas, selalu ada yang baru dari Gus Yahya. Pemikirannya tidak pernah habis, melintasi ruang dan waktu. Ibarat sumber air, semakin dikuras semakin deras aliran ide dan gagasannya keluar dari Gus Yahya.
Baca juga: Gus Yahya, The Next Gus Dur
Pemikiran Gus Yahya tersebut tidak terbatas hanya pada internal ke-NU-an tapi juga mengglobal, menawarkan kepada dunia konsep beragama ala NU untuk ikut berkontribusi dalam menyelesaikan konflik dan menciptakan perdamaian dunia.
Kedua, Gus Yahya adalah seorang brilliant networker. Sebagai sosok yang pernah mendampingi KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Gus Yahya mampu mewarisi kemampuan Gus Dur dalam berjejaring dengan siapa saja. Gus Yahya bisa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh dunia, melintasi ragam budaya dan agama, dari Asia, Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika.
Selain karena kemampuan khazanah keilmuan dan gaya bicara yang otoritatif, Gus Yahya juga memiliki kemampuan komunikasi bahasa Arab dan Inggris di atas rata-rata warga nahdliyin pada umumnya.
Baca juga: Pertemuan Rahasia Gus Dur-Shimon Peres di Bandara Halim
Karena itu secara sadar atau tidak, sengaja atau tidak, selama ini Gus Yahya telah memerankan dirinya sebagai ambassador yang baik bagi NU dan Indonesia di kancah pergaulan internasional.
Ketiga, Gus Yahya adalah tetaplah seorang kiai. Terlahir dari tradisi pesantren yang kuat, Gus Yahya adalah seorang kiai dengan penguasaan ilmu keagamaan yang lengkap. Dengan latar belakang pesantren itulah komitmen Gus Yahya terhadap NU dan Indonesia tidak perlu diragukan.
Kemampuan Gus Yahya menjadi jembatan kebijaksanaan kiai-kiai sepuh dan progresifitas kader-kader muda NU yang melimpah adalah modal kuat untuk memperkuat masa depan NU. (*)
Hasanuddin Ali, CEO & Founder Alvara Research Center.