Gus Baha dan Gravitasi Khazanah Pesantren

KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha. Orang ini alim sekali. Artikulasinya otentik. Di antara para penyampai agama yang kondang di platform digital, beliaulah mercusuarnya. Saya membayangkan suatu saat bisa memberikan syarah tertulis, berikut rujukan-rujukan kitabnya, dari ngaji-ngaji beliau yang direkam murid-muridnya, lalu diedarkan di berbagai platform digital.

Beliau kondang, tetapi sama sekali tidak tergiur popularitas. Mungkin beliau tidak menyangka akan sepopuler itu akibat ‘ulah’ para muhibbin-nya. Saya tahu banyak sekali yang merancang agar dirinya populer melalui perangkat multimedia. Lalu dibuat tim profesional yang menyiapkan panggung dengan pernak-pernik make up dan polesan-polesannya.

Orang ini tidak. Beliau berangkat dari ngaji kitab, di hadapan murid-muridnya yang terbatas. Lalu ada muridnya yang merekam, dengan perangkat sederhana. Bentuknya audio, tanpa visual. Pasti murid-murid beliau yang ‘ori’ itu tidak punya perangkat audio visual yang memadai.

Lalu, setelah bertahun-tahun, mulai ada yang mengunggahnya ke youtube. Maka tidak heran, ngaji beliau yang otentik itu bentuknya adalah suara tanpa rupa. Artikulasinya otentik, tanpa tedeng aling-aling, tanpa rekayasa pencitraan.

Saya betul-betul menikmati cara beliau gojlok Musthofa dan Ruhin, dua murid kesayangannya. Lalu pas nyeplos, ‘blog goblog, ngerti ora koe blog,’ itu juga tanpa tendensi kebencian. Telinga orang yang menyimaknya menangkap itu sebagai guyon kasih sayang.

Lalu, setelah populer, apakah beliau mengapitalisasi popularitasnya? Tidak. Sampai sekarang tidak ada semacam akun official Gus Baha, yang dikelola secara profesional untuk meraup laba. Ceramah dan ngaji-ngajinya dikanibal banyak orang. Berapa banyak akun youtube yang ‘dihidupi’ oleh ceramah Gus Baha. Beliau betul-betul kiai ori, kiai-nya kiai. Penampilannya khas dan polos, tanpa kostum dan desain panggung.

Bagi saya, yang pernah ngaji kitab tetapi sempat lalu lalang meminati ilmu lain, Gus Baha adalah gravitasi yang menarik saya kembali ke khazanah pesantren. Saya takjub atas penguasaannya terhadap hampir semua tema: tafsir, hadis, fikih, ushul fiqh, tasawuf, termasuk sirah dan siyasah. Allah nampaknya tengah menitipkan ilmu agama melalui dada dan lisannya.

Saya berdoa dan berharap semoga suatu saat, Gus Baha dapat mengenakan mahkota pimpinan tertinggi organisasi ulama. Saya juga berdoa punya umur dan kesempatan untuk merealisasikan ‘rencana’ menulis buku yang berisi syarah atas pikiran-pikiran beliau. Amin.

Salam takdzim buat Gus Baha. Tolong sampaikan salam dan salam kenal buat Kang Ruhin dan Kang Musthofa. I Love you all… (*)

M Kholid Syeirazi, Sekjend PP ISNU.

Terkait

Khazanah Lainnya

SantriNews Network