Ratibul Haddad: Tapanya Kiai Syamsul Arifin dan Titipan Kiai As’ad

Bukan acara besar. Namun sangat berkesan. Berkumpul serta shalawat bersama dengan iringan tabuhan rebana. Tentu sebagai ruhnya Pondok Pesantren Sukorejo Situbondo, Ratib al-Haddad tak lupa dibaca.

Sebelum kumandang adzan maghrib, makan bersama dengan lauk seadanya. Ba’da maghrib, bacaan shalawat terus menggema yang dibawakan hadrah SQ Mania. Dilanjut dengan shalawat qiyam dengan penuh kekhusyuaan.

Kerinduan kepada Pasentren Sukorejo kemudian terobati saat sesi nadrah (memandang) sambil menyimak dawuh KHR Azaim Ibrahimi secara virtual. Membuat semangat untuk tetap mengikuti, walau derasnya hujan membasahi.

Di antara pesannya, Kiai Azaim berharap besar kepada alumni agar memasyarakatkan bacaan Ratibul Haddad. Harapan beliau Ratibul Haddad dibaca oleh masyarakat luas seperti halnya bacaan tahlil. Karena hal itu titipan khusus dari KHR As’ad Syamsul Arifin.

Kiai Azaim menyampaikan bahwa banyak rahasia yang tersimpan dalam susunan ratib tersebut. Di antaranya, dapat membentengi akidah, masyarakat, serta bangsa dan negara.

Serta banyak rahasia-rahasia lain yang secara khusus beliau meminta kepada Kiai Zubairi, pengasuh Pondok Pesantren Sayyidul Quro, Silo, Jember, untuk menerangkan kepada hadirin semua bahwa ternyata Ratibul Haddad adalah “tapana Ke Seppoh”, yakni Kiai Syamsul Arifin, ayahanda Kiai As’ad. Sukorejo barokah hingga saat ini. Bahkan hatta hari akhir, salah satunya barokah Rotibul Haddad.

Selanjutnya, atas permintaan khusus dari putra sang guru, Kiai Zubairi pun menerimanya untuk menyampaikan maksud dari “tapana Ke Seppoh”.

Hujan deras semakin membasahi tempat acara, namun semua yang hadir tetap semangat tak ada lelah. Kiai Zubairi memulai dengan sedikit guyonan namun mengandung hikmah. “Bagi hadirin yang basah karena hujan, tak perlu mengeluh. Karena hujan itu rahmat, berarti sampean basah dengan rahmat Allah SWT,” dawuhnya, namun dengan khas bahasa Madura. Diiringi senyum dan tawa hadirin semua.

Berhubungan dengan Ratibul Haddad, pertama Kiai Zubairi menyampaikan dawuh Kiai As’ad bahwa beliau bersama Kiai Syamsul bertapa, baca Ratibul Haddad. Dengan istiqamah membaca, santrinya, pesantrennya serta alumninya menjadi barokah.

“Membaca Ratibul Haddad tersebut tidak untuk tujuan pribadi,” lanjut Kiai Zubairi. “Seperti ingin lancar rezeki, untuk menolak jin atau lainnya. Perkara istiqamah dibaca, kemudian rizki jadi lancar, atau sebagainya itu bonusnya.”

Rotibul Haddad itu untuk perjuangan. Santri yang aktif berjuang di masyarakat insyallah sukses perjuangannya dengan senantiasa baca Rotibul Haddad.

Yang kedua, santri sering kali bertanya terkait urutan dari bacaan rotib. Kenapa bacaan rotib itu terdapat di awal, sementara khususan-nya berada di tengah. Dilanjut dengan doa, kemudian ada bacaan-bacaan lagi.

Ternyata, urutan bacaan rotib merupakan hasil riyadhah Kiai Syamsul dan Kiai As’ad. Dawuh Kiai As’ad: “Ben jeriya tatakrama tor-mator dek Allah”, itu adab saat memohon kepada Allah.

Jadi, berdoa kepada Allah bukan yang penting mengangkat tangan. Sebelum berdoa, etikanya terlebih dahulu baca dzikir. Seperti baca istighfar, shalawat atau lainnya. Kiai Zubairi melanjutkannya: “Leh kak dinto minangka bis-cabisse dhimin ka Allah.”

Kemudian setelah bacaan, baru khususan atau tawassul. Faidahnya agar kita nanti saat berdoa dibantu oleh masyayikh kita, habaib, serta kekasih-kekasih Allah. Setelah doa ada bacaan lagi. Itu sebagai wujud rasa syukur karena Allah mengabulkan doa kita.

Ini dari Kiai As’ad perihal tatakrama berdoa dan meminta kepada Robbul alamin. Kiai Zubairi mengakhiri pemaparannya.

Akhiran, dari al-faqir mengutip dari kalam Habib Alawi bin Syihab:

من واظب على قراءة الراتب [للحبيب عبد الله الحداد] رزقه الله حسن الخاتمة. [الفوائد المختارة لسالك طريق الآخرة، ٢٠٢].

“Barang siapa yang istiqamah membaca Rotib al-Haddad, Allah SWT pasti menganugerahkan husnul khotimah di akhir hayatnya”.

Demikian sedikit dari yang kami peroleh saat menghadiri acara pembacaan Rotibul Haddad dan doa bersama dalam rangka peringatan hari pahlawan yang diselenggarakan oleh IKSASS Jember. (*)

Pondok Pesantren Sayyidul Quro, 11 Nevember 2020

Ilyas Mubarok, Alumni Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo

Terkait

Khazanah Lainnya

SantriNews Network