MI Miftahul Ulum Kesamben: Sekolah Sehat Pendamping Masyarakat
MI Bustanul Ulum. (saif/santrinews.com)
Mendapat prestasi akademis, pasti membutuhkan ketelatenan. Namun bisa menjadikan lingkungan belajar yang sehat dan kiprahnya diakui lingkungan sekitar, rasanya tidak semua madrasah bisa melakukan.
Untuk bisa menjangkau Madrasah Ibtidaiyah (MI) Bustanul Ulum ini tidak terlalu sulit. Bagi pembaca yang sempat jalan-jalan ke pabrik Kimia Farma yang memproduksi sejumlah obat, bisa dengan mudah menemukannya. Apalagi bangunannya ada di pinggir jalur utama. Demikian pula penampilan warna gedung madrasah terlihat hijau memukau. Ada kesan bahwa madrasah ini memang menjadi sekolah bersih.
Tidak salah kalau kemudian madrasah ini menjadi duta atau wakil bagi sekolah bersih tingkat kabupaten. Pada lomba sekolah sehat se kabupaten Jombang beberapa waktu lalu, madrasah ini mampu menyingkirkan sekolah-sekolah mentereng.
Demikian juga posisinya yang jauh dari Jombang kota tidak menyurutkan semangat para guru, khususnya kepala madrasah untuk menciptakan lingkungan yang sehat. “Alhamdulillah banyak pihak yang mendukung,” kata M Setu, SPdI.
Diawali dari Guru
Kepala madrasah kelahiran tahun 1973 ini menceritakan bahwa untuk bisa seperti sekarang, memang butuh waktu dan ketelatenan. Menciptakan lingkungan sehat, tentu harus diawali dari para pimpinan madrasah. “Kan tidak mungkin menyuruh para siswa berperilaku sehat, tapi para ustadznya ternyata tidak melakukan?” kata mantan Ketua LP Maarif Kesamben ini.
Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya lingkungan sehat kepada dewan guru. Di level para pengajar, ternyata bukan tanpa kendala. “Ada beberapa guru kami yang ternyata ahli hisap alias perokok berat,” kata lulusan STIT Taruna Surabaya ini terkekeh.
Namun dengan pendekatan persuasif, lambat tapi pasti kesadaran itu akhirnya tumbuh. Ahmad Mudawam, salah seorang guru mengatakan, “Saya akhirnya berhenti merokok karena sayang kepada anak-anak.” Karena setiap hari dia harus berhadapan dan berkomunikasi dengan siswa, juga anak dan keluarga di rumah serta beberapa anak panti yang dikelolanya.
“Perasaan sayanglah yang memberikan tambahan sugesti saya untuk akhirnya berhenti merokok,” katanya. Antara para guru juga saling mengingatkan bila ada salah seorang dari mereka mengkonsumsi makanan kurang sehat.
Setelah di tingkat pimpinan dan dewan guru beres, maka langkah berikutnya adalah para siswa. Tidak terlampau ada kesulitan berarti membawa anak-anak berperilaku hidup sehat. Malah, ada sekitar tiga puluh anak yang menjadi Kader Tiwisada. “Merekalah yang menangani pola hidup sehat bagi para siswa dan lingkungan sekolah,” bangga Sekretatis MWC NU Kesamben ini.
Lahirnya Kader Tiwisada adalah juga berkat komunikasi dan kerjasama yang intensif antara pihak sekolah dengan dinas kesehatan yang diwakili Puskesmas Blimbing. Mereka mendapatkan pelatihan dan pembinaan bagaimana menjaga lingkungan dan melakukan kontrol kepada perilaku siswa. Setiap satu minggu ada pemeriksaan terhadap kebersihan mata, telinga, gigi, kuku dan rambut.
Dalam kesempatan berbeda juga dilakukan pengecekan terhadap berat badan, dan tinggi badan. Mereka juga dibekali Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mencatat perkembangan kesehatan para siswa. “Bagi siswa yang ternyata perkembangan kesehatannya cukup mengkawatirkan, diberikan surat rujukan ke Puskesmas terdekat,” kata kepala madrasah sejak tahun 2010 ini.
Manfaat untuk Masyarakat
Para kader Tiwisada tidak semata ‘jago kandang’. Mereka juga kerap melakukan inspeksi mendadak kepada rumah penduduk di sekitar madrasah. Pemeriksaan standar rumah sehat juga dilakukan oleh mereka. “Pemeriksaan adanya jentik nyamuk, ventilasi udara dan kelembaban rumah juga dilakukan para kader,” tandas alumnus SMAN Kesamben ini.
Dengan demikian, keberadaan tenaga kesehatan dari madrasah sangat dirasakan manfaatnya tidak semata bagi para siswa dan kawasan sekolah, juga berguna bagi masyarakat sekitar. Tidak jarang, para kader dilibatkan pada aktifitas Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu.
Karenanya saat akan diadakan lomba lingkungan sekolah sehat, madrasah ini sudah siap lebih awal. Meski hanya memiliki ruangan UKS yang bergandengan dengan perpustakaan, namun dari sisi kesadaran para dewan guru dan siswa, tidak perlu ada yang diragukan dari madrasah ini. Yang juga membanggakan adalah dukungan penuh dari yayasan, komite sekolah serta masyakat sekitar untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan memenuhi standar kesehatan.
Kendati demikian, madrasah yang memiliki 215 siswa-siswi serta 18 orang guru ini berharap agar kian banyak lagi pihak yang bisa membantu komitmen itu dengan ditambahnya sarana dan prasarana pendukung. Pemerintah atau juga perusahaan yang memiliki kepedulian serupa, hendaknya dapat mendukung dengan perhatian yang lebih. “Selama ini kami menyediakan sendiri fasilitas pendukung kesehatan tersebut,” kata M Setu prihatin.
Madrasah ini tidak semata membanggakan dalam hal lingkungan sehat. Prestasi akademis para siswanya juga moncer. Terbukti untuk Ujian Nasional tahun 2011/12 menempati peringkat kedua se kabupaten Jombang. Dalam ajang olimpiade sains tingkat propinsi juga meraih piala. Demikian juga Olimpiade MIPA dan Porseni 2011. Sehingga sangat tepat kalau beberapa madrasah sudah mengagendakan melakukan studi banding ke madrasah ini.
Sudah saatnya pemerintah berbagi perhatian dengan beberapa lembaga pendidikan yang memiliki komitmen untuk menciptakan para calon penerus bangsa yang sehat dan mempunyai kepedulian dengan lingkungan sekitar. (saif/ahay)