Buku Pelajaran SKI MTs Sebut Makam Wali Berhala
Sebagian santri ziarah di Makam KHR Syamsul Arifin dan KH As'ad Syamsul Arifin, di lingkungan Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo (panoramio/santrinews.com)
Jakarta – Buku mata pelajaran ‘Sejarah Kebudayaan Islam’ (SKI) Kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs/setingkat SMP) Kurikulum 2013 menuai protes. Pasalnya, dalam buku terbitan Kementerian Agama RI tahun 2014 itu menyebut makam wali yang biasa diziarahi umat Islam sebagai berhala di era modern.
Penyebutan itu terdapat pada BAB I; Kearifan Nabi Muhammad SAW. Wujudkan Kedamaian, Sub Bab A. Kondisi Masyarakat Mekkah sebelum Islam pada halaman 13-14 ada petunjuk mengajar;
1. Guru meminta Peserta didik tetap di kelompok besarnya untuk mendiskusikan tentang perbandingan antara kondisi kepercayaan Mekkah dengan kondisi kepercayaan sekarang.
2. Guru meminta setiap kelompok menulis hasil diskusinya di kertas. Kemudian hasilnya diserahkan ke guru untuk dinilai. 3. Guru meminta salah satu kelompok mempresntasikan hasil kerjanya.
Contoh Jawabanya:
a. Persamaanya:
1) Masih ada yang menyembah berhala, mempercayai benda-benda, dan selalu meminta kepada benda-benda.
2) Mereka tidak bodoh secara keilmuwan.
3) Mendatangi para dukun.
b. Perbedaan:
1) Berhala dilakukan oleh agama selain Islam yaitu Hindu, Budha.
2) Berhala sekarang adalah kuburan para Wali.
3) Istilah dukun berubah menjadi paranormal atau guru spiritual.
Kalimat “Berhala sekarang adalah kuburan para Wali” tersebut yang menuai protes. Adalah Faiq Aminuddin, Kepala Sekolah MTs Irsyaduth Thulab, Tedungan, Wedung, Demak, yang pertama kali melontarkan protes dan diadukan ke laman NU.
“Pemberian contoh yang menyebutkan berhala sekarang adalah kuburan para wali tentu tidak sesuai dengan ajaran yang anut oleh warga NU,” tulis Faiq dalam keterangan tertulisnya, Selasa 16 September 2014.
Menurut Faiq, buku tersebut tidak tepat bila dijadikan sebagai buku pegangan bagi semua guru MTs se-Indonesia karena ada banyak MTs yang berada di bawah naungan LP Ma’arif NU.
Faiq meminta agar PBNU bersama Kementerian Agama untuk mengkaji ulang buku-buku yang sudah terlanjur diedarkan tersebut. Terutama kalimat yang menyebut kuburan wali sebagai berhala.
“Sungguh sangat disayangkan adanya kalimat yang menyatakan bahwa kuburan wali adalah berhala. Maka sudah seharusnya buku ini perlu segera dikaji ulang dan direvisi,” pungkasnya. (ahay)