Muktamar 2015

Elit NU Tak Lagi Dengarkan Suara Umat

Logo Muktamar NU ke-33 (Santrinews.com/dok)

Jombang – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang diselenggarakan pada tanggal 1-5 Agustus 2015 berbeda dengan muktamar edisi sebelumnya. Kali ini, pemilihan Rais Am tidak lagi menggunakan pilihan langsung, melainkan sistem perwakilan kepada para kyai yang dianggap memiliki otoritas untuk memilih Rais Am atau yang dikenal dengan Istilah Ahlul Halli Wal-Aqdi (AHWA).

Penggunaan sistem Ahwa pada muktamar menuai pro dan kontra di kalangan warga NU tingkat Cabang dan Wilayah. Sebanyak 27 Pengurus Wilayah dari 33 Pengurus Wilayah yang ada di Indonesia semuanya menolak penerapan AHWA.

Rais Syuriah PWNU lampung, KH Ngaliman secara terus terang menolak sistem Ahwa. Tidak hanya menolak, ia juga akan meminta peserta muktamar dari berbagai daerah untuk meminta pencabutan sistem Ahwa karena dilahirkan dari produk hukum organisasi yang inkonstitusional.

“Kami secara tegas menolak rencana sistem Ahwa dalam muktamar nanti. Saya minta agar Keputusan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama tentang Ahwa harus dicabut,” kata Rais Syuriah PWNU Lampung, KH Ngaliman.

Senada dengan KH Ngaliman, Rais Syuriah PW NU Selawesi Tengah, Dr KH Jamaluddin Mariajang juga merasa penerapan sistem Ahwa merupakan bentuk pengabaian terhadap eksistensi organisasi NU tingkat Cabang dan Wilayah.

“Jangan anggap orang-orang daerah tidak mengerti organisasi,” ungkapnya penuh prihatin.

Tidak hanya warga NU yang menjadi kepengurusan tingkat Cabang (PC) dan Wilayah (PW) yang menolak. Santri sebagai warga NU tulen juga dengan lantang menolak pemberlakukan Ahwa pada muktamar NU kali ini.
Forum Santri Nusantara dalam pertemuan khusus pembahasan Ahwa pada beberapa waktu lalu juga menyampaikan bahwa Ahwa tidak layak untuk diterapkan karena mendapat penolakan dari hampir seluruh pengurus Cabang dan Pengurus Wilayah NU seluruh Indonesia.

PBNU sepertinya sudah “˜tuli’ terhadap aspirasi pengurus NU tingkat bawah,” kata Koordinator Forum Santri Nusantara Jawa Timur, Ahmad Hambali, usai pertemuan di Kampus Unitomo Surabaya.

Dalam suasana pro dan kontra Ahwa, pembukaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama tetap berjalan lancar di alun-alun Jombang pada Sabtu, 1 Agustus 2015. (ubaid/jaz)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network