Kombes IPPNU 2017
Ida Fauziyah Sebut Kelompok Teroris Sasar Perempuan
Hj Ida Fauziyah (kanan) dan Rustini Murtadho, di acara Konbes IPPNU di Asrama Haji Yogyakarta, Sabtu sore, 28 Oktober 2017 (santrinews.com/husnawati)
Yogyakarta – Anggota FKB DPR RI, Hj Ida Fauziyah mengatakan, Peran perempuan dalam menangkal gerakan radikalisme dan terorisme sangat penting. Apalagi, belakangan perempuan menjadi sasaran rekrutmen kelompok teroris.
“Jaringan terorisme mulai melibatkan perempuan sebagai pemeran aktif,” kata Ida Fauziyah saat menjadi narasumber pada seminar “Peran Perempuan Menuju Indonesia Bebas Radikalisme” di acara Konferensi Besar (Konbes) IPPNU di Asrama Haji Yogyakarta, Sabtu sore, 28 Oktober 2017.
Ia menyebut mereka diantaranya Dian Yulia Novi (calon “˜pengantin’ bom bunuh diri), Ika Puspitasari yang ditangkap di Purworejo, dan Umi Delima (istri Santoso, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur) yang ditangkap Poso, Sulteng.
“Kelompok radikal bisa memanfaatkan kelemahan dan kodrat perempuan untuk direkrut menjadi teroris,” papar mantan ketua umum PP Fatayat NU ini.
Menurutnya perempuan sering dijadikan sebagai kurir dan juga memanfaatkan perempuan untuk merekrut anggota lain. Hal itu dilakukan karena perempuan lebih bisa masuk kemana-mana, bahkan mampu mengelabui petugas.
“IPPNU harus menjadi garda terdepan dalam melawan gerakan radikalisme. IPPNU harus menjadi teman untuk para remaja, khususnya pelajar perempuan, karena dengan menjadi teman para pelajar, IPPNU akan mudah dalam mewujudkan deradikalisasi di kalangan pelajar,” tegasnya.
Ia menegaskan, “organisasi IPPNU sangat strategis dalam melakukan deradikalisasi. Karena yang menjadi sasaran gerakan radikal salah para remaja yang juga menjadi konsen kaderisasi IPPNU.”
Selain Ida, hadir juga sebagai narasumber aktivis perempuan bangsa Rustini Murtadho. Menurut Rustini, IPPNU harus menguatkan strategi dalam penguatan ideologi ke-NUan, karakter Aswaja an-Nahdliyah, dan trilogi ukhuwah.
“Juga perkuat perspektif perempuan,” ujar istri dari ketua umum DPP PKB H A Muhaimin Iskandar ini. (anty/onk)