Perempuan Rentan Jadi Sasaran Rekrutmen Kelompok Teroris

Makassar – Terorisme adalah tindak kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia. Bukan sekadar aksi teror semata. Pada kenyataannya terorisme juga melanggar Hak Asasi Manusia sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia, yaitu hak untuk merasa nyaman dan aman ataupun hak untuk hidup.

Demikian disampaikan Kasubbag TU Inspektorat BNPT RI Letkol TNI Arifuddin saat sambutan pada acara Pencegahan Terorisme bertema Perempuan Agen Perdamaian, di Hotel Claro Makassar, Selasa, 17 Nopember 2020. Arifuddin hadir mewakili Direktur Pencegahan Brigjend Pol R Ahmad Nurwakhid.

Diikuti 90 peserta dari organisasi dan komunitas perempuan di Kota Makassar, acara ini hasil kerjasama BNPT RI dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan. Hadir sebagai narasumber Maria Ulfa (Vice Director Indonesia Muslim Crisis Center/IMCC), dan Prof Dr Hj Faridah Patittingi (Kabid Perempuan dan Anak FKPT Sulawesi Selatan).

”Dampak terorisme pun tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan pada harta benda, namun juga merusak stabilitas negara, terutama dalam sisi ekonomi, pertahanan, keamanan, sosial budaya, dan lain sebagainya,” kata Arif.

Arif membeberkan hasil survei BNPT pada 2019 bahwa faktor yang paling efektif dalam mereduksi potensi radikalisme secara berturut-turut adalah diseminasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan keluarga pada anak.

“Dalam konteks ini, tidak dapat dipungkiri bahwa posisi perempuan sangat vital dalam keluarga bahkan dalam masyarakat secara lebih luas. Perempuan memiliki peran strategis dalam membentengi keluarga dan masyarakat dari segala bentuk penyebaran dan ajakan kelompok radikal terorisme,” tegas Arif.

Menurut Arif, perempuan menjadi sasaran perekrutan dalam kelompok terorisme. Hal ini menyesuaikan pola kelompok terorisme internasional (ISIS), jaringan laki-lakinya mulai susah, karena banyak yang tertangkap.

“Dianggap efektif mengelabui lawan, perempuan termasuk kelompok rentan, dan perempuan khususnya yang banyak mengalami kekerasan fisik dan psikis,” tegasnya.

Ketua FKPT Sulawesi Selatan Dr KH Muammar Bakry menambahkan, perempuan adalah cerminan kebangsaan, nasionalisme dan keberagamaan.

Karena itu pelibatan perempuan BNPT-FKPT adalah alasan yang paling tepat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme.

“Perempuan adalah tiang negara, jika perempuannya rusak maka rusaklah suatu negara,” tegasnya. (red)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network