BNPT Ungkap Pola Baru Rekrutmen Kelompok Terorisme
Minahasa – Kepala Sub Direktorat Pemulihan Korban Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Roedy Widodo, memaparkan dinamika propaganda terorisme. Seiring waktu organisasi teroris terus bertransformasi hingga ada kelompok terorisme versi lama dan versi baru.
Terorisme versi lama, kata Roedy, memanfaatkan kekeluargaan, pertemanan, ketokohan dan lembaga keagamaan dengan rekrutmen tertutup dan pembaiatan langsung. Sedangkan versi baru memanfaatkan website, media sosial, dan social messenger dengan rekrutmen terbuka dan pembaiatan via media sosial.
“Wajah baru terorisme lebih berbahaya, karena mereka tidak lagi tertutup melainkan terbuka dengan memanfaatkan kemajuan teknologi,” kata Roedy, di di Tasik Ria Resort Manahasa, Kamis 8 Agustus 2019.
Pada Kegiatan Rembuk Aparatur Kelurahan Dan Desa Tentang Literasi Informasi oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Utara itu, Roedy mengungkapkan hasil survey pemanfaatan internet 2017 oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Berdasarkan hasil survey itu, sebanyak 143,26 juta dari total populasi penduduk Indonesia 262 juta orang adalah pengguna internet atau sekitar 54,68% dari total penduduk Indonesia.
“Dengan demikian potensi keterpaparan masyarakat cukup tinggi, apalagi mereka yang aktif di media sosial atau dunia maya,” tegasnya.
Senada disampaikan Bupati Minahasa Roike Roring yang diwakili oleh Kepala Satpol PP Meidy Rengkuan. Roike mengakui bahwa perkembangan informasi internet adalah media yang efektif digunakan kelompok teroris dalam menjalankan aksinya dan perekrutan anggota.
“Sebagaian besar masyarakat Indonesia banyak berselancar di media sosial,” kata Roike dalam sambutan yang dibacakan Meidy.
Menurut Roedy, alasan teroris menggunakan dunia maya karena mudah diakses, sulit dikontrol, audien yang luas, anonim (tanpa nama), kecepatan informasi, media yang interkatif, murah untuk membuat dan memelihara, bersifat multi media (gambar, suara, foto dan video), serta internet menjadi salah satu sumber pemberitaan.
Alasan lain kata Roedy yaitu “perang psikologi, propaganda, jaringan kelompok terorisme, perekrutan dan mobilisasi, pengumpulan dana, data mining atau pengumpulan informasi, pemberian intruksi serta tempat diskusi antara individu-kelompok.”
Pada kegitan yang diikuti 95 peserta yang terdiri dari Aparatur Kelurahan dan Desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Awak Media itu, hadir juga mantan Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo.
“Kita harapkan bahwa peserta yang hadir akan memahami bahaya radikalisme dan terorisme serta bersama-sama BNPT dan FKPT dalam melakukan pencegahan dini di tengah-tengah masyarakat,” kata Ketua FKPT Sulawesi Utara James Tulangao. (shir/onk)