Kongres PMII
Ini Kriteria Ideal Pemimpin PMII

Logo salah satu kegiatan PMII (dok/santrinews.com)
Surabaya – Ketua Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Jawa Timur KH RPA Mujahid Anshori mengatakan, kedepan PMII harus mampu berkontribusi besar demi terwujudnya bangsa Indonesia yang lebih maju, bermartabat, dan agamis.
Untuk menuju cita-cita itu, setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan oleh ketua PB PMII yang akan datang. Pertama, menghindari money politik atau gaya hidup pragmatisme.
“Mulai sekarang harus berani mendeklarasikan dirinya bahwa dalam proses politik pemilihan ketua yang akan datang untuk tidak akan melakukan money politik sepersenpun,” kata Mujahid.
Begitu juga pengurus cabang. Mereka juga harus berani untuk tidak memilih kandidat yang melakukan gerakan money politik.
Hal itu disampaikan Mujahid di acara “˜Forum Rembuk Sahabat’ yang digelar Pondok Budaya IKON, di Coffe Toffe Jatim Expo Surabaya, Jumat, 16 Mei 2014. Kegitan ini digelar dalam rangka menyambut Kongres PMII ke-XVIII pada 30 Mei hingga 5 Juni 2014 mendatang di Asrama Haji, Jambi.
“Saya tidak bisa membayangkan, kalau pimpinan organisasi mahasiswa yang di dalamnya sarat idealisme kalau nanti dalam proses pemilihan sarat mony politik, akan seperti apa jadinya bangsa ini ke depan,” tegasnya.
Mujahid mengibaratkan PMII dengan pabrik atau sumber mata air. Menurutnya, PMII adalah pabrik atau sumber yang melahirkan pemimpin peminpin bangsa di masa depan.
“Kalau dari sumber ini proses awalnya sudah kotor, maka air yang akan mengalir itu juga akan mengalir air yang tidak sehat, air kotor,” tandasnya di hadapan sekitar seratus peserta yang hadir.
“Karena itu saya berharap PMII harus steril dari persoalan-persoalan (money politik dan pragmatis) itu,” imbuhnya.
Kedua, harus mampu menciptakan atmosfir-atmosfer baru di PMII. Selama ini, diakui Mujahid, dirinya melihat di PMII terlalu kental atmosfer politiknya.
Al hasil, di PMII belum nampak atmosfer baru. Misalnya atmosfer kelompok-kelompok profesional, sebagai pengusaha, kedokteraan, dan lain-lain.
Politisi PPP ini mengaku kesulitan mencari alumni PMII yang, misalnya berprofesi dokter, pengusaha, dan kelompok professional lainnya. “Ini karena belum ada atmosfer baru. Kalau di politik saya sampai kebingungan dari saking banyaknya,” ujarnya.
“Jadi harus tidak hanya atmosfer politik. Politik ya boleh, tapi juga perlu diciptakan atmosfer baru,” tegasnya.
Sementara itu, Mantan Ketua Umum PMII Jawa Timur Achmad Nur Aminuddin mengatakan, setidaknya ada empat kecakapan yang harus dimiliki pemimpin PB PMII kedepan, yakni kecapakan administrasi, funrissing, mengambil kebijakan/keputusan strategis, dan menata kaderisasi.
Kecakapan menata kaderisasi, kata Cak Amin – sapaan akrab Nur Aminuddin, diantaranya melakukan ideologisasi yang kuat dan kaderisasi yang sistematis. “Sehingga nanti mampu menciptakan kader PMII yang punya skill dan professional di bidang keilmuan masing-masing,” tandasnya.
Menurut Amin, di tengah pertarungan dua ideologi (Islam) ekstrem kanan dan kiri, PMII harus mampu memposisikan diri. Hal yang sangat mendesak dalam soal kaderisasi, adalah mempertajam ideology serta ghirah keilmuan.
“PMII harus mampu memosisikan diri di tengah pertarungan global, posisi di tengah antara dua pertarungan ideologi itu. Sehingga identitas PMII jelas,” tegasnya. (jaz/ahay)