Mengetahui Kriteria Kabar Hoax menurut Kajian Ushul Fikih

Oleh: Moeslich El-Malibary, Mahasiswa Universitas Imam Syafi’i Hadramaut Yaman

DALAM forum kajian kitab Ushul Fikih, ketika dijelaskan oleh mudarris (Dosen) tentang bab khabar, pikiran saya tertuju kepada permasalahan berita-berita yang disebarkan oleh seluruh media di seluruh belantara dunia. Apakah berita-berita yang dimuat oleh berbagai media bisa dibuat pegangan, ataukah tidak?.

Bagaimana kriteria berita tersebut bisa dipastikan kebenarannya, atau dipastikan hoaxnya?. Karena kenyataannya, terkadang kita langsung mempercayai salah satu berita, atau suatu tulisan dari blog seseorang, percaya begitu saja dengan cerita orang yang tidak kita kenal misalnya, sehingga materi pelajaran ini sangat penting agar kita semua menjadi lebih cermat dalam menerima kabar baru, lebih cerdas dalam menggunakan internet, lebih pintar agar tidak tertipu dengan cerita orang, dal lain sebagainya.

Dalam materi Ushul Fikih, terdapat beberapa kriteria dan batasan untuk mengetahui tentang hal berita. Ada berita yang harus dibenarkan tanpa keraguan dan pasti benarnya yang disebut dengan istilah ‘Mutawatir’, ada kabar yang kemungkinan besar kebenarannya ‘Khabar Shadiq’, ada yang kemungkinan kecil kebenarannya dan mendekati kabar hoax, dan yang terakhir adalah kabar yang pasti hoaxnya dan harus ditolak tanpa keraguan ‘Khabar Kadzib’. Yang kesemuaannya itu mempunyai kriteria dan syarat tersendiri untuk mengetahuinya.

Dari sini, saya memulai terlebih dahulu tentang pembahasan yang terkahir, yaitu kabar yang pasti hoaxnya.

Dalam mengetahui dan memastikan bahwa suatu kabar berita itu dipastikan kebohongannya, dalam kajian Usul Fikih terdapat 6 (enam) kriteria untuk mengetahui dan memastikannya,

Pertama, ‘Al-Manqul Ahad fima Tatawaffar Dawa’i ala Naqlih’ dalam arti, kabar yang memuat berita tentang suatu peristiwa atau kejadian umum dan tidak ada orang lain atau situs lain yang mengabarkannya (hanya satu situs atau satu orang yang mengabarkannya).

Kabar yang dimuat oleh satu situs atau satu orang tentang kejadian atau peristiwa umum tersebut bisa dipastikan hoaxnya. Kenapa? Karena, jika suatu peristiwa atau kejadian itu sifatnya umum, diketahui oleh masyarakat luas, pastilah banyak orang atau situs lain yang meliputnya.

Misalnya, ada satu situs media yang menayangkan kabar berita bahwa sedang terjadi kecelakaan bis di simpang lima kota hingga bis tersebut terbakar dan banyak penumpang yang meninggal. Setelah kita cari sumber lain dan media lain, kita tidak menemukan sama sekali berita yang sama dengan berita yang barusan dimuat tersebut kecuali hanya copas belaka.

Berita tersebut adalah berita yang bisa divonis jelas hoaxnya. Karena, jika memang benar kabar tentang peristiwa tersebut yang terjadi di tempat umum dan pasti diketahui oleh banyak orang, pastilah reporter dari berbagai media, atau orang-orang lain akan mengabarkan kabar tersebut pula, tanpa tinggal diam.

Akan tetapi kriteria yang pertama ini ada sedikit ulama’ yang mengatakan tidak pasti hoaxnya. Karena ada sedikit kemungkinan dalam kebenarannya.

Kedua, ‘Al-Ma’lum Khilafuh Dloruroh’ dalam arti, kabar atau pembicaraan yang memuat hal yang kontradiktif dan tidak bisa ditolelir.

Misalnya, ada orang yang bercerita, memuat berita, atau kita membaca suatu tulisan yang mengatakan bahwa ada manusia atau hewan yang tidak mati dan tidak hidup, atau tidak bergerak dan tidak diam. Hal itu pastilah kita bisa langsung memvonis kebohongannya, karena kedua sifat tersebut tidak bisa hilang bersamaan dan tidak bisa muncul bersamaan.

Ketiga, ‘Al-Ma’lum Khilafuh Istid’lalan’ dalam arti, kabar yang harus ditolak setelah melalui sedikit penelitian.

Misalnya adalah ucapan para Ahli Filsafat yang mengatakan bahwa alam semesta ini sudah ada tanpa diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah kita teliti dan amati, alam semesta ini adalah semuanya bergerak; matahari, rembulan, bumi, semuanya kadang menghilang; hujan, mendung, gunung meletus dan lain sebagainya.

Dari sini kita bisa mengetahui dan memastikan bahwa ucapan Filosof tersebut adalah ucapan abal-abalan, kabar yang dikatakan olehnya yang dimuat diberbagai situs media atau semua cara itu adalah kabar hoax.

Misalnya lagi dalam materi sekolah-sekolah dasar dan SMP, yaitu tentang ucapan peneliti yang bernama Darwin yang popolar dengan istilah ‘Teori Darwin’ ia mengatakan bahwa manusia itu berasal dari kera. Setelah kita amati terus menerus asal manusia dan kita mengetahui bahwa ayahanda dan ibunda dari semua manusia adalah Nabi Adam dan Ibunda Hawwa, kita mengetahui bahwa teori Darwin tersebut harus kita tolak dan teori tak berdasar, teori kebohongan.

Keempat, ‘Khabar Mudda’in Nubuwwah wa Ar-Risalah’ dalam arti, Kabar dari orang yang mengaku sebagai nabi atau penyampai risalah Ilahi.

Jadi, jika kita melihat berita, membaca suatu situs yang memuat bahwa ada orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi atau sebagai utusan Tuhan, bahkan telah mengaku sebagai Tuhan atau Malaikat Jibril dan semisalnya, tidak perlu diragukan lagi bahwa kita harus menolaknya dan tidak mempercayainya. Hal itu juga bertentangan dengan firman Allah Swt. yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan dan nabi yang terakhir.

Kelima, ‘Ba’dlul Mansub ilan Nabi Saw.’ dalam arti, kabar atau ucapan yang menisbatkan kebohongan kepada beliau Muhammad Saw.

Misalnya, jika ada kabar dari situs mana saja, ucapan siapa saja yang mencaci maki, menjelek-jelek kan, menisbatkan kekurangan kepada manusia yang sudah diakui semua orang dan semua kalangan tentang kesempurnaannya, Muhammad Saw. jelas kalau kabar tersebut adalah kabar hoax.

Keenam, ‘Ma futtisy walam Yujad inda Ahlih’ dalam arti, kabar berita yang diberitakan atau diucapkan oleh seseorang akan tetapi setelah kita klarifikasi, kabar tersebut adalah kabar hoax. Dan ini sudah sangat jelas tanpa harus membutuhkan contoh. Dan inilah yang harus kita lakukan sebagai manusia yang berakal dan selalu berfikir, yaitu mengklarifikasi seecara matang.

Demikian kriteria dalam mengetahui dan memastikan tentang kabar hoax, agar kita bisa menjadi pengguna internet yang cerdas dan tidak gampang dalam mempercayai suatu kabar, berita, cerita atau ucapan seseorang hingga kita betul-betul mengetahui kebenarannya.

Selanjutnya akan penulis lanjutkan tentang kriteria kabar yang Pasti Benar Tanpa Bisa Ditolak, dan kabar yang mendekati kebenaran yang layak dan bisa kita percayai, jika semangat menulis. Insyaallah. (*)

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network