Haji-Umrah

Kemenag Kerahkan Mahasiswa Bantu Jamaah Haji

Makkah – Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di berbagai negara di Timur Tengah dikerahkan untuk membantu jamaah dalam menunaikan ibadah haji tahun 2015 ini.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1436H/2015 M, Ahmad Dumyathi Bashori mengatakan para mahasiswa tersebut akan segera masuk ke Makkah setelah urusan visa mereka selesai.

“Insya Allah (visa) telah bisa diselesaikan,” katanya, kepada tim Media Center Haji (MCH) di Jeddah, Arab Saudi, Ahad, 6 September 2015.

Para mahasiswa dari sembilan negara di Timur Tengah yang akan membantu jamaah calon haji Indonesia itu, diakuinya, terkendala masuk ke Makkah, karena kuota Indonesia pada sistem e-hajj terlampaui.

Mahasiswa-mahasiswa tersebut sebagian besar kuliah di Kairo (Mesir), Khortum (Sudan), dan Tunisia. Dumyathi mengatakan mahasiswa lainnya dari Suriah dan Lebanon tidak dapat masuk dalam kuota visa e-hajj, namun mereka akhirnya menggunakan visa lain.

Bantuan tenaga mahasiswa untuk mendukung kerja PPIH melayani jamaah di Makkah tersebut, kata dia, sangat diharapkan karena jumlah petugas dari tanah air masih minim.

Selain itu, kemampuan bahasa arab mereka yang bagus sangat membantu untuk mengatasi masalah jamaah terkait dengan komunikasi dengan petugas di Arab Saudi, di samping memperkuat tenaga mengarahkan jamaah di halte-halte Bus Shalawat.

“Saat ini sebenarnya sudah (kedatangan mereka) sangat terlambat,” ujarnya.

Dumyathi yang mengaku sudah keliling ke terminal dan halter Bus Shalawat merasa khawatir dengan petugas yang minim, maka jamaah tidak terlayani dengan baik.

“Ada (halte) yang petugasnya hanya satu atau dua orang. Kalau mereka tidak datang, maka akan sangat membebani sekali karena jumlah petugas kita memang minim,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Nurul Badruttamam mengusulkan untuk musim haji tahun depan sebaiknya ada kepastian terkait waktu kedatangan mahasiswa yang menjadi tenaga musiman (temus) itu.

Menurut dia, harus ada diplomasi khusus ke pemerintah negara tempat sembilan mahasiswa Indonesia itu belajar agar hambatan visa yang terjadi hampir tiap tahun tidak terulang.

“Kalau memang tidak bisa dipastikan waktu kedatangannya (mahasiswa), maka sebagai evaluasi, untuk musim haji tahun depan sebaiknya rekrut temus yang pasti-pasti saja, bisa dari mukimin (warga negara Indonesia yang bermukim di Arab Saudi),” kata Badruttamam. (rus/Ant)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network