Khilma Anis: Perempuan Harus Berkarya

Sumenep – Penulis novel best seller Hati Suhita, Khilma Anis berbagi pengalaman serta tips menulis kepada pengurus dan kader Fatayat NU Sumenep. Ia mengajak untuk terus giatkan literasi, berkarya melalui tulisan.
“Jangan takut untuk berkarya, dimulai dari pengurus cabang dengan mengumpulkan antologi tulisan kader Fatayat mulai ranting hingga cabang,” kata Khilma saat mengisi talk show oleh PC Fatayat NU Sumenep di Kantor PCNU Sumenep, Kamis, 5 Maret 2020.
Baca juga: In Memoriam Arief Santosa: Ingin Kaya Jangan Jadi Penulis, Jadi Pedagang Saja
Khima mengatakan, dalam menulis adakalanya membosankan. Ketika bosan, kuncinya rehat sejenak.
“Ketika saya menulis merasa buntu maka saya berhenti terlebih dahulu,” kata Khilma menceritakan awal dirinya bergelut dalam menulis novel.
Menurut dia, dulu orang menganggap bahwa sastra itu sempit. Faktanya, hari ini sastra sudah menembus batas. “Jika dulu orang-orang tidak percaya dengan sastra sekarang percaya,” ujarnya seraya mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali bahwa jika kalian bukan anak raja maka menulislah.
Baca juga: Menulis Itu Butuh Hati
Khilma berpesan agar tidak berangan-angan hal-hal besar dengan meremehkan hal-hal kecil. Padahal hal kecil itu kadang menjadi kunci.
“Jangan kita terjebak dalam angan-angan besar jika tidak ada hasilnya,” tegas mantan aktifis PMII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Ketua PC Fatayat NU Sumenep, Tin Mayyah, mengatakan, talk show dengan mengangkat tema “Membangkitkan Ghirah Literasi” itu bertujuan membangkitkan gairah literasi perempuan di Sumenep khususnya di kalangan Fatayat NU.
Baca juga: Khilma Anis: Jangan Mati sebelum Punya Karya
Penguatan literasi, kata dia, merupakan salah satu program Fatayat NU Sumenep. Acara ini semula direncanakan pada Juni 2020 mendatang. “Tetapi tiga hari lalu dapat kabar bahwa penulis Hati Suhita bisa hadir hari ini,” ujarnya.
Ia berharap kehadiran Khilma Anis mampu melahirkan penulis-penulis baru di Sumenep terutama dari kader Fatayat NU.
Koordinator Litbang PC Fatayat NU Sumenep Istianah Tajuddin menambahkan, perempuan sebenarnya memiliki modal cukup untuk menghasilkan karya tulis. Sebab, perempun selalu punya banyak cerita unik.
Namun, kisah itu kerapkali hanya diceritakan secara lisan pada teman, tetangga, atau keluarga. “Perempuan punya modal (cerita) yang cukup untuk berkarya. Tinggal bagaimana kisah itu ditulis, bukan hanya disampaikan dalam budaya tutur,” kata Istianah. (rus/onk)