Virus Corona
LBM NU: Orang Meninggal Akibat Virus Corona Mati Syahid
Jakarta – Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyimpulkan bahwa virus corona atau Covid-19 yang sekarang menjadi pandemi global tergolong sebagai atau wabah atau tho’un.
Karena itu, seseorang yang meninggal akibat virus corona bersatus syahid akhirat (syahid fil akhirah).
Kesimpulan itu diputuskan dalam bahtsul masail LBM PBNU tentang Fiqih Pemulasaraan Jenazah Pasien Covid-19 atau virus corona. Hasil keputusan ditandatangani oleh Ketua LBM PBNU KH M Nadjib Hassan dan Sekretaris KH Sarmidi Husna.
Ikut sebagai Tim Perumus antara lain: KH Afifuddin Muhajir, KH Ahmad Ishomuddin, KH Miftah Faqih, KH Sholahuddin Al-Ayubi, KH Abdul Ghafur Maimun, KH Afifudin Dimyathi, KH M Najib Hassan, KH Azizi Hasbullah, KH Abdul Moqsith Ghazali, KH Najib Bukhari, KH Mahbub Ma’afi, KH Asnawi Ridwan, KH Darul Azka, dan KH Sarmidi Husna.
KH Nadjib Hassan mengatakan, status mati syahid tidak hanya didapat oleh mereka yang gugur di medan perang. Selain perang, wabah atau tho’un juga bisa memberikan status mati syahid kepada seseorang yang meninggal karenanya.
“Mereka yang meninggal karena wabah penyakit (tho’un) juga dapat meraih kedudukan syahadah (mati syahid),” kata Nadjib dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 24 Maret 2020.
Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim menyebutkan bahwa di antara yang termasuk mati syahid adalah orang yang tertimpa tha’un atau wabah.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما تعدون الشهداء فيكم? قالوا : يا رسول الله, من قتل في سبيل الله فهو شهيد. قال إن شهداء أمتي إذا لقليل! قالوا: فمن هم يا رسول الله? قال من قتل في سبيل الله فهو شهيد, ومن مات في سبيل الله فهو شهيد, ومن مات في الطاعون فهو شهيد, ومن مات في البطن فهو شهيد, والغريق شهيد
)رواه مسلم(
“Rasulullah Saw. bertanya (kepada sahabatnya): ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ Mereka menjawab: ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,’. Rasulullah Saw bersabda: ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ Para sahabat bertanya: ‘Mereka itu siapa ya Rasul? ‘Jawab Rasulullah Saw: ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang mati di jalan Allah (bukan karena perang) juga syahid, orang yang tertimpa tha’un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid” (HR Muslim).
Nadjib juga menjelaskan tata cara pemulasaraan jenazah yang meninggal karena Corona secara umum tak berbeda dengan jenazah normal pada umumnya. Mulai dari dimandikan, dikafani, dishalati, hingga dimakamkan.
Hanya saja, kata Nadjib, seseorang yang memandikan jenazah akibat corona adalah orang profesional atau tenaga kesehatan yang dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD). Hal itu agar seseorang yang memandikan tidak ikut terinfeksi.
Jika dengan cara memandikan biasa masih dimungkinkan terjadinya kontak sehingga menimbulkan infeksi, jenazah pasien Corona bisa dimandikan dengan hanya menyiram air ke badan tanpa perlu digosok.
Namun, ketika tata cara itu masih tetap tidak dimungkinkan, jenazah pasien Corona boleh untuk tidak dimandikan. Jenazah bisa langsung dikafani dan dishalati. “Karena kondisi darurat atau sulit, maka boleh mengambil langkah kemudahan,” ujarnya.
Sementara untuk teknis mengafani dan memakamkan, tata caranya harus mengikuti arahan dari tenaga medis.
Nadjib berharap tata cara pemulasaraan jenazah akibat corona bisa diikuti warga NU atau muslim pada umumnya. (red)