Luncurkan Buku, Waketum PBNU Ungkap Jaringan Al Qaeda

Jakarta – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As’ad Said Ali mengatakan, arogansi Barat yang berusaha menciptakan hegemoni politik, ideologi dan ekonomi secara masif di dunia menjadi salah satu sebab utama tumbuh-kembang ideologi radikal dengan pesat.

As’ad Said Ali menyampaikan hal itu saat meluncurkan buku terbarunya “Al-Qaeda; Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya”, di Hotel Borobudur Jakarta, Jumat malam, 26 September 2014.

Dia mencontohkan sikap Barat yang membiarkan isu Palestina dan Yerusalem (al-Aqsa) tidak terselesaikan. “Padahal di situlah emosi umat Islam yang mudah terprovokasi untuk munculnya radikalisme,” ujarnya.

Ia menilai cara Barat dengan memerangi kelompok radikal dan fundamentalis dengan kekerasan sangat kontra-produktif. Cara Barat itu bila dilakukan di Indonesia, akan merugikan negara dan umat Islam sendiri.

Menurut As’ad, adanya gerakan radikal dan sekuler liberalisme di Indonesia tidak sepenuhnya bisa disalahkan, karena keduanya lahir dari produk sejarah dan modernisasi.

Peluncuran buku As’ad ini dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat, dan pengamat politik dan pengkaji Timur Tengah Fachri Ali

Buku setebal 438 itu diawali paparan mengenai pengalaman pribadi mantan wakil kepala BIN itu saat bertuga di Timur Tengah pada 1982 sampai 1990. Berikutnya berisi uraian tentang ideologi kaum jihadi dan Al Qaeda, dilanjutkan uraian tentang perang Afghanistan sebagai awal terbentuknya jaringan jihad internasional, dan mengenai gagasan pembentukan Al Qaeda, pola pengorganisasiannya, serta operasi-operasinya pada tahap awal.

Secara umum, buku terbitan LP3ES ini mengungkap sejarah kemunculan Al-Qaeda, akar-akar dideologisnya, jaringannya, rentetan operasinya, serta persebarannya sampai ke Indonesia serta sejumlah negara di Asia Tenggara.

As’ad dalam buku itu juga mengungkap keberadaan Jamaah Islamiyah serta hubungannya dengan Al Qaeda. Dikatakan, banyak orang salah kaprah, termasuk opini di sejumlah media, dalam memahami hubungan kedua organisasi ini. (ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network