Mukernas Mahasiswa Tafsir-Hadis Bahas Penyakit Sosial

Kudus – Dewasa ini, umat manusia dihadapkan pada pilihan yang banyak. Salah satunya, apakah dia betul-betul total meninggalkan masa lampau dan menerima perubahan sepenuhnya. Atau yang kedua, dia menolak sepenuhnya hal-hal yang baru, dengan tetap merengkuh apa yang diyaknininya di masa lampau. Atau, menyikapi masa lalu dan prubahan secara seimbang.

Demikian ditegaskan Muhsin Jamil saat mengisi seminar nasional dalam rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa Tafsir Hadis Nasional, Kamis, 17 November 2016. Kegiatan yang berlangsung di UIN Walisongo ini berlangsung tiga hari 17-19 November 2016.

“Hari ini misalkan, fenomena radikalisme agama yang terjadi, sebagian diantaranya merupakan penolakan terhadap hal-hal yang dianggap baru di mana menurut alam pemahamannya adalah sesuatu yang membahayakan pembaharuan yang bersifat pasif,” lanjut Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo ini.

Sementara, Waryono Abdul Ghafur, narasumber lain dalam seminar yang mengusung tema “Al-Qur’an, Hadis dan Patologi Sosial” ini mengatakan, kalau kita baca patologi sosial dari kacamata agama, setidaknya itu ada dua macam pembacaan.

Dalam Al-Qur’an, lanjut Wakil Rektor II UIN Sunan Kalijaga ini, manusia bukan hanya memiliki potensi positif, namun juga negatif. Misalnya, manusia itu lemah, mudah berkeluh kesah, kurang bersyukur dan seterusnya. Inilah yang mengakibatkan dia melakukan perilaku yang menyimpang dan tidak pada umumnya.

“Jadi dalam konteks apapun, ketika manusia itu kuat secara pengetahuan, kuat iman dan mempunyai pergaulan yang bagus, maka akan sulit untuk dia melakukan sesuatu yang menyimpang,” katanya kepada sedikitnya seratus lima puluh peserta yang hadir dari seluruh Indonesia.

Kegiatan yang dibuka Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasarudin Umar ini merupakan salah satu upaya dari Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia (FKMTHI) dalam mengkaji isu-isu aktual melalui kacamata Al-Qur’an dan Hadis.

“Tidak hanya tugas, namun penting dan mendesak bagi mahasiswa Ilmu Al-Qur’an maupun hadis untuk selalu mengkaji fenomena yang terjadi di masyarakat dan menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai solusi pemecah masalah yang terjadi,” tandas Sekjen FKMTHI, Enok Ghosiyah saat ditemui di luar forum. (*)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network