NU Yogyakarta: Sabda Raja Bentuk Erupsi Sosial Keagamaan
Yogyakarta – Wakil Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Yogyakarta Jadul Maulana mengatakan, penetapan sabda raja oleh Sri Sultan Hamengkubono X merupakan bentuk dari gerakan radikal keraton dalam merubah tatanan institusi kerajaan yang telah berlangsung berabad-abad. Ia menyebut peristiwa ini sebagai bentuk dari erupsi sosial keagamaan.
“Peristiwa yang ditimbulkan semacam erupsi, karena perubahan ini sangat radikal,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak ini, Jumat 8 Mei 2015.
Menurut Jadul, jika sabda raja ini tetap dilaksanakan, bukan tidak mungkin kekacauan akan terjadi. Misalnya, nilai-nilai toleransi yang selama ini dipegang teguh masyarakat Yogyakarta akan luntur akibat tidak seimbangnya kekuatan mikrokosmos dan makrokosmos yang selama ini berpusat di keraton.
“Toleransi sebagai simbol kekuatan Makrokosmos dan Mikrokosmos masyarakat jogya yang selama ini tergantung pada kraton akan hilang” ujarnya.
Pekan lalu Sri Sultan HB X mengeluarkan sabdatama yang berisi delapan poin utama. Selain itu, gelar khalifatullah dihilangkan. Sultan telah mengeluarkan dua kali Sabda Raja di Sitinggil, Keraton Yogyakarta, dalam satu pekan. Sabda Raja I pada 30 April 2015 dan Sabda Raja II pada 5 Mei 2015. (shir/onk)