PBNU: Negara Berjubah Agama Pemimpinnya Cenderung Otoriter

Rois Syuriah PBNU KH Masdar Farid Masudi (santrinews.com/istimewa)

Bogor – Nahdlatul Ulama (NU) merupakan pusaka warisan para wali dan kiai Nusantara. Sebagai organisasi masyarakat Islam, NU berperan dalam keagamaan dan kebangsaan. Indonesia memiliki banyak simpul-simpul keumatan dan hal itu hanya ada di Indonesia.

“Hampir 90% umat Islam di Indonesia memiliki afiliasi madzhab dan kepercayaan masing-masing di dalam hatinya, dan itu hanya ada di negara ini tanpa mendirikan negara baru,” kata Rois Syuriah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi ketika memberikan arahan sekaligus membuka acara Bahtsul Masail Pra Munas dan Konbes 2020 di Pondok Pesantren Al Falakiyah, Pagentongan, Bogor, Jawa Barat, Ahad, 1 Maret 2020.

Indonesia memiliki kebhinekaan yang tinggi, tetapi tetap bisa mejadi satu bangsa dan negara. “Ini bisa terjadi karena Indonesia tidak mendeklarasikan diri sebagai negara agama atau negara Islam,” ujarnya.

Ketika sebuah negara sudah dijubahi agama, penguasa akan menjadi otoriter, karena merasa mewakili suatu agama. Padahal prinsip di dalam Al-Qur’an jika ditarik kesimpulan dalam bernegara adalah dapat menciptakan keadilan.

KH Masdar juga menegaskan bahwa bid’ah yang paling berbahaya adalah negara yang mendeklarasikan sebagai negara Islam, karena di dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ada.

“Negara Islam itu hanya label saja, tidak ada dalam rukun Islam. Dan budaya Islam di Indonesia itu yang dapat melindungi umat yang bermadzhab lain.”

Meskipun Indonesia tidak disebut sebagai negara Islam, etapi prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai landasan bernegara khususnya Pancasila itu sudah sangat islami.

“Itulah mengapa Indonesia tidak disebut negara Islam tetapi secara substansif sudah islam, dan semoga dengan deselenggarakannya Bahtsul Masail mampu menjadi salah satu jalan untuk menjadi solusi dalam keadilan bernegara,” pungkasnya. (red)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network