Pesantren Mathaliul Anwar Sumenep Jawab Tantangan Era Digital
Sumenep – Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar Pangarangan Sumenep menghimpun para alumninya yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Mathali’ul, Anwar Indonesia (F-KAMMAI) dan menyelenggarakan Kongresnya II. Acara bertempat di Gedung Islamic Center, Jalan Raya Lenteng, Batuan, Ahad, 4 Maret 2018.
Kongres yang dikemas dengan Seminar Nasional dengan tema Masa Depan Pesantren di Era Digital dalam Perspektif Sosial Budaya Politik dan Ekonomi ini mendapat dukungan penuh dari Pengasuh, KH Abu Suyuf Ibnu Abdullah.
Baca: Menpora Ungkap Tantangan Santri Milineal
“Saya sebagai pengasuh sangat mendukung acara ini dan semoga ada tindak lanjut dari Kongres II ini, karena saya juga berkeinginan agar pondok suatu saat memiliki perguruan tinggi sebagai jembatan untuk memperkaya keilmuan keislaman, tetapi tetap berbasis ciri khas keilmuan pesantren,” katanya.
Namun demikian, Kiai Abu Suyuf tetap menekankan kepada semua santri dan alumni untuk selalu mengedepankan ahklak.
Baca Juga: Tantangan Mendidik Anak di Era Digital
KH Agus Sunyoto selaku pemateri dalam seminar menyatakan, diakui atau tidak sekarang manusia sudah hidup di era digital. Bukti pendukungnya adalah semuanya disibukkan dengan media sosial.
“Artinya jika tidak pandai menjaga dan membentengi diri dengan pengetahuan, maka akan tragis nasib kita,” kata Kiai Agus.
Ilmu pengetahuan adalah kunci utama dalam mengebalkan diri dari ancaman dunia barat, sedangkan pondok pesantren merupakan lumbung ilmu-ilmu Islam.
“Pesantren sangat pas dalam membentengi diri, sebab pendidikan sekolah umum banyak menganut ajaran dari dunia barat, dan beruntung di Indonesia banyak pesantren,” paparnya.
Baca Juga: Tugas Santri Menghadapi Tantangan Dakwah di Era Digital
Pesantren, lanjut penulis buku Atlas Wali Songo, menerapkan pendidikan sangat berbeda dengan sekolah umum. Bila di pesantren banyak pelajaran tentang kehidupan nyata, maka di luar banyak mata pelajaran yang absurd.
Mujahid Anshori, ketua salah satu perguruan tinggi Islam di Sumenep, menyampaikan pesantren adalah benteng utama dan merupakan barometer pendidikan di dunia. Sebab banyak yang melirik dan mengadakan penelitian terhadap sistem pendidikan yang unik dan khas.
“Satu ciri khas yang dominan, dalam pondok pesantren santri-santri diajari untuk berkehidupan mandiri dengan mengedepankan akhlaqul karimah, baik disaat berdomisili di pesantren maupun sudah terjun di masyarakat. Pesantren adalah aset berharga dlm membangun bangsa terutama menjadi basis penguatan-penguatan potensi masyarakat baik sosial, budaya, politik dan ekonomi,” urainya.
Para santri pondok pesantren juga digembleng berbagai disiplin ilmu tidak hanya ilmu keislaman tetapi juga ilmu-ilmu terapan yang memungkinkan kelak langsung diaplikasikan dalam masyarakat.
Maka ketika pondok pesantren berupaya menyiapkan diri SDM para santrinya untuk ikut berkiprah di era digital, adalah sebuah keniscayaan.
“Dan ini adalah langkah cerdas antisipatif dalam membaca kebutuhan zaman,” tegasnya.
Baca Juga: NU dan Pesantren di Era Milenial
Usai seminar, para alumni yang tergabung dalam F-KAMMAI melanjutkan dengan memilih Ketua untuk dalam masa bakti 3 tahun kedepan.
Kiai Ali Wasik, Ketua Pelaksana yang juga merupakan alumni pesantren ini mengatakan bahwa tema kongres yang dikemas dalam bentuk seminar nasional ini sebagai follow up dari keinginan alumni untuk berbuat lebih nyata kepada pesantren sebagai wujud dedikasi alumni.
“Diharapkan pengurus baru ini nantinya benar-benar mampu berkontribusi yang lebih luas dan bermanfaat bagi kemajuan agama, bangsa, dan negara,” pungkasnya. (shir/nuo)