Santri Berandil Besar Dalam Mengusir Penjajah

Djan Faridz (santrinews.com/kompas)
Jakarta – Sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak luput dari pertempuran demi pertempuran untuk merebut kemerdekaan dari para penjajah. Santri dan umat Islam umumnya berperan besar dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Para pejuang Islam dan santri melawan kedzaliman penjajah yang congkak dan merasa rakyat Indonesia yang beragama Islam adalah hamba sahaya, kini sejarah berulang dengan penjajahan model baru yang berkedokkan jabatan dan kekuasaan,” kata Djan Faridz, Senin, 4 Juli 2016.
Dalam ingatan sejarah mencatat, tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan, namun tanggal 15 September 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies Civil Administration). Mereka datang dengan penuh kecongkakkan seolah-olah paling berhak atas tanah Indonesia sebagai bekas jajahannya.
Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan senjata seaadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap dan modern.
Perlawanan umat Islam terhadap sekutu dan NICA antara lain: Pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung lautan Api, pertempuran di Ambarawa dan lain-lain.
Umat Islam, tutur Djan Fardiz melahirkan pejuang-pejuang tangguh seperti terkenang Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman yang namanya sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia.
PPP sebagai partai milik umat Islam kata Djan Faridz harus bangga karena Jendral Sudirman adalah Panglima besar TNI berlatar belakang santri. Pernah jadi da’i atau guru agama di daerah Cilacap Banyumas sekitar tahun 1936-1942. Masuk kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam pengajian-pengajian yang diadakan oleh Muhammadiyah.
Untuk sebagian besar hidupnya adalah untuk berjuang, dan bahkan dalam kondisi sakit sekalipun beliau terus memimpin perang gerilya ke hutan-hutan.
Djan Faridz juga menambahkan pejuang Islam lainnya hadir dalam pertempuran arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo. Dengan kumandang takbir, beliau mengobarkan semangat berjihad melawan tentara Inggris di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. (us/poskota)