Shinta Nuriyah: Toleransi Harus Diajarkan Sejak Dini di Sekolah

Istri mendiang mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Shinta Nuriyah (santrinews.com/detik)
Temanggung – Istri mendiang mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Shinta Nuriyah mengatakan pelajaran toleransi dan kerukunan harus diajarkan sejak dini pada anak-anak.
“Sudah saatnya pelajaran moral, toleransi dan kerukunan dikembalikan ke sekolah agar anak-anak kembali belajar tentang nilai-nilai tersebut,” katanya usai buka puasa bersama di Masjid Roudlotul Jannah Desa Badran, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Senin, 5 Juni 2017.
Baca: KH Hasan Abdullah Sahal: Mau Lihat Toleransi Datang ke Pesantren
Selain di sekolah, katanya, keluarga juga punya peran yang penting dalam membentuk karakter dan moral anak. Nilai-nilai moral perlu digaungkan kembali melalui berbagai perkumpulan di lingkungan seperti PKK.
Dalam ceramahnya, Shinta mengatakan puasa wajib dilakukan setahun sekali pada bulan Ramadhan. Menurutnya, puasa mengandung ajaran-ajaran tentang moral dan budi pekerti yang luhur dan pengendalian.
Baca Pula: NU Surabaya: Toleransi Bukan Mengabaikan Akidah
“Ajaran moral karena puasa mengajarkan kepada kita tentang kesabaran, kejujuran, keadilan, saling menghargai, saling menghormati, saling tolong, tidak bergunjing, tidak saling bertengkar, tidak suka marah, tidak korupsi,” katanya.
Ia menuturkan kalau berpuasa dan mengamalkan semua ajaran dalam puasa, maka puasanya tidak hanya diterima oleh Allah SWT, tetapi juga mendapatkan pahala.
“Lebih dari itu bapak ibu sekalian bisa menjaga, merawat, membela, dan mempertahankan negara yang kita cintai, karena NKRI harga mati,” katanya.
Baca Pula: Kiai Hasyim Minta Tokoh Agama Tingkatkan Toleransi Beragama
Sementara itu, Kapolres Temanggung AKBP Maesa Soegriwa mengatakan agar tidak mudah terasuki paham radikal dan intoleran, anak-anak perlu diberi ruang untuk berkumpul dan aktif dalam berbagai kegiatan positif, seperti sepak bola, pramuka, dan lainnya.
“Jika hanya disuruh belajar dan mengikuti berbagai les saja memang anak-anak pintar dalam pelajaran. Namun, mereka akan mudah diajak untuk terlibat dalam kegiatan yang membahayakan dan disisipi paham radikal. Mereka juga mudah digerakkan untuk melakukan kekerasan,” katanya.
Ia mengatakan jika anak-anak hanya pintar dalam pelajaran saja seperti matematika, belum tentu kelak akan menjadi ahli matematika.
Namun, bila terlibat dalam berbagai kegiatan positif dan punya kesempatan menyalurkan dan mengembangkan bakat dan hobinya di bidang lain, mereka tidak akan mudah diajak melakukan hal-hal negatif. (shir/ant)