Siram Wajah Sosiolog UI, Banyak Pihak Kecam Jubir FPI

Jubir FPI Munarman saat dialog di TVOne (Inilah.com/Santrinews.com)
Jakarta – Tindakan Juru Bicara FPI Munarman menyiram air the ke wajah Guru Besar UI Tamrin Amal Tomagola saat acara dialog di acara tvOne, Jumat pagi 28 Juni 2013, mengundang kritik dari banyak kalangan. Banyak yang menilai tindakan Munarman bukan cuma tak pantas dan bentuk tindak kekerasan, tapi juga dinilai mengancam demokrasi.
Ketua Panitia Khusus RUU Organisasi Kemasyarakatan H Abdul Malik Maramain menilai tindakan itu menjadi contoh perlunya RUU Ormas untuk mengaturnya. Tindakan itu merupakan contoh nyata tindak kekerasan yang kerap dilakukan oleh sejumlah ormas.
Menurut Malik, salah satu yang memang diatur dalam RUU ini adalah ormas yang melakukan tindakan di luar kewenangannya. Misalnya, melakukan brutalisme, tindakan kekerasan, melakukan main hakim sendiri, melakukan teror dan mengancam kebebasan orang lain.
“Fenomena Munarman sudah masuk wilayah teror terhadap kebebasan Pak Tamrin sebagai warga negara. Tak hanya teror, itu suatu bentuk arogansi,” kata Malik.
Perdebatan sekeras apapun, kata Malik, seharusnya tak boleh main fisik. Untuk itu, kata Malik, salah satu urgensi RUU Ormas sejak awal adalah membatasi kebebasan yang berlebihan.
“Kebebasan itu tidak mungkin tanpa regulasi. Di mana-mana kebebasan kalau tidak diatur akan mengancam kebebasan orang lain. RUU Ormas mencoba berdiri di tengah itu. Di satu sisi, mencegah agar tidak anarki, di sisi lain melindungi hak seseorang,” tutur dia.
Salah satu poin krusialnya adalah mengatur ormas-ormas yang kerap bertindak di luar kewenangannya, misalnya melakukan aksi kekerasan, main hakim sendiri, meneror, dan mengancam kebebasan orang lain.
“Fenomena Munarman sudah masuk wilayah teror terhadap kebebasan Pak Tamrin sebagai warga negara. Tak hanya teror, itu suatu bentuk arogansi,” Malik mengecam.
Kebebasan sudah seharusnya diatur dalam undang-undang, tidak cukup hanya peraturan pemerintah. “Tapi juga jangan sampai UU itu mengebiri kebebasan orang,” kata Malik.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi, melihat Munarman tak dewasa menghadapi perbedaan pendapat. “Kawan saya, Munarwan, orangnya emosional. Sepertinya dia kehabisan akal bagaimana memahami perbedaan pendapat,” tegasnya.
Kecaman serupa juga disuarakan anggota Komisi III Bidang Hukum DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari. Menurut Eva, Munarman telah memberikan pendidikan politik yang buruk. Tak bisa mengendalikan amarahnya, dia malah memilih aksi fisik ketimbang beradu argumen. “Soal sela-menyela itu biasa dalam debat,” kata Eva.
Direktur SETARA Institute, Hendardi, bahkan menyatakan siap mendampingi Tamrin jika ingin memproses aksi Munarman ke jalur hukum. “Kami mendukung sepenuhnya apabila Prof. Tamrin bermaksud memperkarakannya secara hukum,” kata dia. (ahay/saif).