Soal Hari Santri, MUI Tunggu Kebijakan Presiden
Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) bakal menggelar peringatan Tahun Baru Islam 1436 H secara akbar. Perhelatan perdana itu dijadwalkan menjadi agenda tahunan MUI, sehingga lebih menyemarakan pergantian tahun Islam.
Ketua Umum MUI Din Syamsuddin mengatakan, peringatan Tahun Baru Islam secara akbar itu memang pertama kali digelar MUI. Selanjutnya bakal menjadi kegiatan rutin agar tujuan peringatan Tahun Baru Islam menajdi lebih bernilai.
“Banyak keluhan dari umat Islam yang meminta moment pergantian Tahun Baru Islam itu dirayakan rutin secara nasional. Makanya MUI meresponnya,” jelasnya di kantor MUI, Jakarta, Selasa 21 Oktober 2014.
Dia menyebutkan peringatan Tahun Baru Islam ini bakal meriah. Soalnya, melibatkan jajaran seniman muslim yang cukup popular, bahkan menggelarnya secara massal di Gelora Bung Karno (GBK).
“Insya Allah, Presiden Jokowi dapat hadir pada peringatan Tahun Baru Islam 1436 H. Saat bertemu beliau dua hari lalu, secara lisan Presiden telah menyatakan kesediannya,” ungkapnya.
Menurut Din, jika Presiden berkenan hadir akan menjadi momentum penting dalam mengisi 100 hari pertama program pemerintahan baru, sekaligus moment implementasi janji Jokowi terkait penetapan Hari Santri.
Dia mengaku MUI tak merasa keberatan pada Hari Santri. Namun semua itu tergantung pemerintah. Karena memang penyebutan Hari Santri menjadi kampanye Jokowi-JK saat pilpres.
“Jadi perayaan Tahun Baru Islam itu bersamaan pula pencanangan Hari Santri,” pungkasnya.
Lebih lanjut Din berharap pada acara tersebut partisipasi umat Islam di Jakarta dan sekitarnya. Mengajak keluarga dan kerabat menyaksikan gebyar Tahun Baru Islam yang digelar nasional, sekaligus bersyiar terkait hari besar Islam.
Dia seperti dilansir jppn meminta pula peserta yang hadir berpakaian Islami dan berwarna putih-putih. Itu penting agar memberikan nuansa Islami yang lebih kental. “Sekitar 100 ribu umat Islam semoga dapat memenuhi GBK dalam peringatan ini,” cetusnya. (saif/ahay)