Banser vs HTI (1): Siapa Pengacau Agama dan NKRI?

Kalau ada orang tua, entah itu dia pakai gamis dan sorban, atau pakai setelan jas dengan dasi mengkilatnya, atau dengan pakaian biksu maupun brahmana datang ke negara kita dengan tujuan mengambil alih kekuasaan negeri ini dan merubah sistem NKRI, apakah kita akan bersikap santun kepadanya? Tentu tidak.

Terhadap seseorang atau kelompok yang hendak mengacau bangsa ini, apapun penampilan dan agamanya kita harus bersikap tegas dan tidak lembek, agar para pengacau itu tahu bahwa kita tidak diam saja, kita ada untuk selalu menjaga bangsa ini dari setiap gangguan dan rongrongan pengacau baik dari dalam maupun dari luar.

HTI datang ke negeri ini, dibungkus dengan jubah kebesaran agama, tapi sejatinya mereka adalah pengacau negeri dan perongrong bangsa.

Berulangkali HTI berulah, dan setiap itu pula Banser ada untuk menghadapi mereka, biarkan mereka membangun narasi bahwa Banser nir-adab, tidak punya akhlak, dll, itu mereka lakukan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari gerakan makar terselubung mereka.

Tapi masyarakat akan paham bahwa siapa yang sesungguhnya lebih tidak punya tatakrama dan kurang ajar di negara ini, apakah Banser yang berusaha membela NKRI ataukah HTI yang berusaha mengacaukan sistem tatanan bangsa ini.

Karena bertujuan mengganti bentuk Negara, maka HTI ditolak di berbagai Negara. Disini, Indonesia, mereka berusaha eksis dengan berkamuflase menjadi ormas keagamaan, yang seolah-seolah memperjuangkan agama namun sejatinya tujuan mereka sangat politis, yakni merebut kekuasaan dan Negara.

Beruntung Indonesia memiliki Banser, Organisasi kepemudaan yang sejak dahulu telah teruji loyalitasnya pada NKRI. Banser dulu berdarah-darah menumpas penjajah, menggayang PKI, mengawal para ulama dan kiai, tentu tidak akan pernah rela jika ada HTI atau siapapun yang hendak mengacau Negeri ini.

Dengan dilandasi semangat cinta agama dan bangsa, Banser melawan belatung-belatung HTI dan kroni-kroninya dengan argumentasi ilmiah dan pemikiran yang obyektif, dan jika diperlukan tak sungkan pula membantu TNI maupun Polri.
Syukur jika mereka mau taubatan nasuha, sadar dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Masyarakat juga perlu diberikan pahaman bahwa Islam tidak bertentangan dengan NKRI, bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah final, tidak perlu diganti dengan sistem apapun, bahwa Pancasila, UUD 45 maupun lambang Negara kita akan tetap selamanya, dan dapat berjalan beriringan dengan agama kita. (*)

Bekasi, 25 Agustus 2020

Usamah Zahid, Pengurus Pimpinan Pusat Majelis Dzikir & Shalawat Rijalul Ansor.

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network