Hikam Zain: Alim, Ngelama, dan Dajjal
Banyak orang berilmu akan tetapi sedikit yang bisa menjalankannya. Sesungguhnya orang yang berilmu dan tidak melakukan amal, maka siksanya sangat pedih. Ingat pesan Nabi SAW bahwa Allah tidak akan merima ilmu seseorang sehingga ia mau mengamaknnya.
تعلموا ما شئتم Ùوالله لا يقبل منكم Øتى تعملوا
“Belajarlah apa yang kalian senangi, pelajaran apa saja kamu pelajari, maka demi Allah Allah SWT tidak akan menerima itu kecuali engkau beramal”
Di dalam sabda yang lain:
من ازداد علما ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعداÂ
“Barang siapa yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka tidak bertambah kepada Allah kecuali dia jauh dari Allah SWT”.
Ketika ilmu tidak bisa membawa manfaat kepada dirinya sendiri, bagaimana bisa memberikan manfaat kepada yang lain?
أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينÙعه الله بعلمهÂ
“Paling berat siksa pada hari kiamat nati adalah seorang alim yang tidak manfaat ilmunya”
Oleh karenanya, Nabi SAW sendiri isti’adzah (meminta perlindungan kepada Allah)
اللهم إنى أعوذ بك من علم لا ينÙع، وقلب لا يخشع، وعمل لا يرÙع، ودعاء لا يسمع
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari doa yang tak didengar”
Seorang yang ahli ilmu dan mengajarkan kepada manusia, akan tetapi tidak melakukan itu bagaikan lilin menerangi tapi merusak kepada dirinya sendiri. Seperti halnya juga jarum, dia melubangi dan membuat pakaian tapi dirinya sendiri dalam keadaan telanjang.
Para Ulama memberikan fatwa bahwa sesungguhnya orang alim yang mengajar sedangkan dia tidak beramal itu termasuk golongan orang-orang yang rugi, golongan orang-orang yang dalam keadaan bahaya, tapi hal ini masih lebih baik dari pada orang yang mempunyai ilmu akan tetapi tidak beramal dan juga tidak mengajar sama sekali.
Sesungguhnya orang tersebut dari sudut manapun adalah orang-orang yag merugi. Karena tidak membawa manfaat sama sekali.
Tapi ada yang lebih parah dari itu semua, seorang alim, dia tidak beramal dan juga tidak mengajar malahan mengajak kepada kejelekan, membuka pintu kepada orang umum bab-bab tentang takwil, tentang kerukhsoan, tentang berkhilah terhadap hukum.
Orang yang seperti ini adalah syaithonun maridl fajirun mu’anidun lillah wa lirosulih. Orang-orang semacam ini adalah yang diserupakan Allah bagaikan khimar, bagaikan anjing.
Dan orang yang seperti ini lebih baik dari pada khimar dan anjing karena khimar dan anjing nanti ketika di akhirat akan menjadi debu. Sedangkan orang-orang yang seperti ini wal’iyadzubillah akan jatuh terhadap siksaan yang amat pedih.
Sayyidina Umar bin Khotthob pernah berkata:
أخو٠ما أخا٠عليكم مناÙÙ‚ عليم اللسانÂ
“Yang paling aku takuti dari kalian adalah seorang munafiq yang pandai berbicara”.
Dan yang seperti ini akan menjadi bala’ bagi umat muslim dan akan menjadi fitnah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
أنا من غير الدجال أخو٠عليكم من الدجال Ùقيل: وما هو يارسول الله?ØŒ Ùقال: علماء السوء.
“Saya lebih takut kepada kalian, dari pada takut kepada Dajjal “mereka bertanya: Siapa itu wahai Rasul orang yang kau takuti yang lebih parah dari pada dajjal? Beliau menjawab: Ulamaussu’ (ulama yang mengajak terhadap kejelekan)”.
Maka secara perinciannya orang yang ahli ilmu itu terbagi menjadi tiga:
1. Berilmu, beramal dan mengajar, inilah orang yang utama, orang yang mulia, orang-orang yang seperti ini adalah waratsatul anbiya’.
2. Orang yang berilmu tidak beramal akan tetapi dia mengajarkan kepada kebaikan, maka orang yang seperti ini keadaanya masih dalam bahaya, dan orang yang seperti ini masih mending dibanding orang yang ketiga.
3. Berilmu, tidak beramal, tidak mengajar, akan tetapi malah mengajak-ngajak pada kejelekan, memberikan fatwa-fatwa yang nyeleneh, tentang kerukhsoan, dan fatwa-fatwa yang membingungkan. Dan orang yang seperti inilah sejelek-jelek orang yang menpunyai ilmu.
Maka perbedaan ini harus kita fahami dengan jeli, mana Ulama yang harus diikuti dan mana yang harus dijauhi.
والله يهدي من يشاء الى الصراط المستقيم
Salam Takdzim
Ahmad Zain Bad
An Nur II Bululawang Malang.