Meraih Kesalehan Sosial di Bulan Suci

Kemiskinan merupakan persoalan yang paling sulit dihindari oleh bangsa Indonesia. Bahkan angka kemiskinan dari tahun ke tahun terus meningkat. Bangsa yang terkenal kaya akan sumber daya alam, namun rakyatnya banyak yang miskin, banyak yang jadi pengemis, pengamin dan lain sebagainya.

Banyak masyarakat kita yang masih belum menikmati kekayaan alam negeri ini. Kondisi semacam ini terjadi diseluruh daerah yang ada di nusantara ini, tidak terkecuali di kota Probolinggo. Di kota yang terkenal dengan seribu taman ini juga banyak kita jumpai para fakir miskin yang tidak mampu untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.

Bahkan, banyak dari mereka yang kesulitan untuk makan, apalagi makanan yang enak-enak, sesuap nasipun mereka kesulitan menemukannya. Hal ini terjadi karena ketimpangan ekonomi belum terselesaikan dengan baik oleh pemerintah sehingga berdampak sistem ekonomi yang tidak pro rakyat.

Padahal, sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah berkomitmen dan mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Meski demikian, masalah kemiskinan hingga saat ini menjadi masalah yang berkepanjangan. Pengangguran terjadi dimana-dimana, busung lapar, kekurangan gizi dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena kekayaan bangsa ini tidak terkelola dengan baik sehingga kemiskinan menjadi konsekwensi paling logis yang harus diterima bangsa ini.

Sungguh miris melihat fenomena semacam itu. Hidup di negeri yang kaya raya, tapi tetap sengsara. Namun demikian, kegelisahan akan tetap menjadi kegelisahan jika tidak bertindak dan berbuat. Kondisi yang demikian itu sebenarnya menjadi tanggung jawab kita bersama, yang mampu berkewajiban untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu.

Pemerintah juga berkewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan rakyatnya sebagaimana diatur dalam undang-undang. Dengan perhatian dan kepedulian tersebut, maka ketimpangan sosial dan ekonomi akan teratasi dengan baik.

Islam telah mengajarkan kepada kita agar saling tolong menolong sesama umat manusia. Kita berkewajiban membantu saudara-saudara kita yang tidak mampu. Kita harus membebaskan saudara-saudara kita dari belenggu kemiskinan, sehingga mereka (fakir miskin) juga bisa menikmati apa yang kita nikmati.

Momentum bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat bagi kita (umat islam) untuk bahu membahu membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan. Sebab, puasa yang diwajibkan kepada umat Islam, secara sosiologis hakikatnya adalah instrumen untuk memberikan kesadaran kebersamaan kepada kita sehingga bisa merasakan apa yang dirasakan fakir miskin. Dengan lapar dan dahaga itu, sehingga terketuk di hati kita untuk mengulurkan tangan, membantu (memberi sadaqah) saudara-saudara kita yang kelaparan.

Puasa dan Kesalehan Sosial
Puasa memang ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT, tapi ia juga mempunyai korelasi dengan kehidupan umat Islam yang masih terbelakang secara ekonomi, hidup dalam kelompok-kelompok kecil di wilayah-wilayah kumuh sudut kota, anak jalanan dan ibu jompo yang kekurangan ekonomi, mestinya menjadi perhatian kita semua sebagai tanggungjawab sosial.

Sebenarnya, salah satu tujuan Puasa Ramadhan dilakukan dalam waktu tertentu agar mampu menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat sehingga ekspresi kesadaran atas sesuatu secara kolektif dapat berkembang. Kolektifitas yang muncul secara berulang-ulang sekaligus mendapatkan legitimasi agama akan mengandung kekuatan sakral.

Kebersamaan hidup yang dimaksud adalah terjadinya proses saling membantu antara satu sama lain. Pada bulan Ramadhan ini kita dianjurkan untuk saling bersadaqah, saling memberi makan dan lainnya.

Dengan berpuasa maka akan lahir rasa persamaan di antara sesama kaum muslimin bahwa mereka adalah umat yang sama, makan di waktu yang sama dan berpuasa di waktu yang sama pula. Yang kaya merasakan nikmat Allah sehingga menyayangi yang fakir. Menghindari perangkap-perangkap setan yang ditujukan kepada manusia.

Lain dari itu, puasa bisa melahirkan ketakwaan kepada Allah SWT yang mana ketakwaan tersebut dapat memperkuat hubungan antar individu masyarakat.

Salah satu tujuan puasa adalah agar kita bertaqwa. Puasa di bulan Ramadhan hanya sebagai stasiun awal bagi umat muslim yang diajarkan Rasulullah SAW dalam tatanan syariat Islam dan banyak pula puasa-puasa sunnah lainnya untuk menjadi stasioner membakar hawa nafsu ammârah, dan lawwâmah.

Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai takwa kepada Allah SWT yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah SWT atau keshalehan individual.

Suatu kerugian bagi kita semua apabila menyia-nyiakan kesempatan ini dengan justru melakukan kemaksiatan. Karena itu, mari kita tingkatkan ibadah kita dengan memperbanyak amal perbuatan yang terpuji dengan cara berbagi pada sesama. Sebab, selain membangun kesalehan individual, puasa juga bisa menciptakan keshalehan sosial. Jika puasa yang kita lakukan dengan sungguh, dengan imam, maka puasa seseorang akan berdampak sosial. Mereka (shoim) tidak akan hanya melakukan kewajiban sebagai seorang hamba, tapi mereka juga melakukan tanggung jawab sosialnya. Tanggung jawab sosial bisa berbentuk kepedulian terhadap fakir miskin dan lingkungan sekitar.

Dengan lapar dan dahaga yang dirasakan dalam sebulan penuh maka dapat dipastikan mereka juga akan merasakan apa yang dirasakan oleh fakir miskin. Keshalehan sosial bisa dicapai oleh seorang hamba apabila ia melaksanakan puasa tidak menjadi penghalang untuk melakukan kerja-kerja sosial.

Nilai puasa seorang akan bertambah jika diimbangi dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, dengan cara membantu sesama, ikut berpartisipasi dalam proses pengentasan kemiskinan yang ada disekitar kita. Jika syarat dimaksud sudah dipenuhi oleh tiap-tiap individu, maka bukan mustahil kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi beberapa tahun terakhir ini akan terminimalisir secara perlahan sehingga pada akhirnya nanti akan tercipta tatanan kehidupan yang sejahtera, adil dan makmur.

Karena itu, pesan-pesan puasa Ramadhan harus dijadikan landasan dalam mentransformasikan kehidupan yang sejahtera. Pesan kesetaraan hidup dalam puasa Ramadhan harus menjadi titik pijak untuk saling bantu satu sama lain, sehingga keshalehan sosial dan dicapai. Wallahu A’lam. (*)

Mushafi Miftah, Dosen Fakultas Syariah IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network