Pilpres 2019
Sarung dan Peci Sang Kiai Kalahkan Jas Sandi

Calon Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin (santrinews.com/istimewa)
Jakarta – Calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma’ruf Amin tetap bersarung dan berpeci lengkap dengan sorbannya saat tampil dalam debat semalam. Berbeda dengan rivalnya, Sandiaga Uno yang tampil dengan setelan jas.
Menurut Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto, gaya busana saat debat cawapres tak menjamin hasil atau performa cawapres.
Dia mengatakan itu untuk menyindir gaya busana Sandiaga Uno saat debat yang mengenakan setelan jas, namun menurut Hasto tak mampu mendominasi di panggung debat.
Hasto menilai yang mendominasi di panggung debat justru Kiai Ma’ruf Amin yang mengenakan busana sederhana berupa sarung, peci, dan baju koko.
“Dalam tampilan peci dan sarung, ternyata mampu mendominasi tampilan jas yang paling keren sekalipun,” ujar Hasto dalam keterangan tertulis, Senin, 18 Maret 2019.
Hasto mengatakan penampilan Kiai Ma’ruf dalam debat cawapres di luar dugaan. Dalam balutan pakaian khasnya, ia menilai Kiai Ma’ruf menampilkan pemahaman yang luas terhadap berbagai persoalan bangsa hingga isu terkini, seperti #10YearsChallenge, stunting, platform digital, hingga opera house.
Meski paham dan kekinian, Hasto menyebut Kiai Ma’ruf tetap menjaga kearifan lokal.
“Menjadikan Kiai Ma’ruf Amin tampil unggul dari Sandiaga Uno yang praktis tanpa terobosan,” ujarnya.
Hasto mencontohkan paparan Kiai Ma’ruf soal tenaga kerja. Saat debat Kiai Ma’ruf membantah ada serbuan pekerja asing di Indonesia. Kiai Ma’ruf menyampaikan lewat data bahwa jumlah TKA di Indonesia hanya 0,01 persen. Jumlah itu terkecil dibanding negara-negara lain di dunia.
Selain itu, Kiai Ma’ruf juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja yang dimulai dari pendidikan.
Kiai Ma’ruf menyebut jika menang Pilpres, peningkatan kualitas tenaga kerja akan dilakukan dengan membangun Balai Latihan Kerja yang bisa diakses gratis oleh masyarakat. Peningkatan kualitas juga dilakukan sejak dari sekolah atau kampus.
Hasto mengklaim paparan Kiai Ma’ruf itu berhasil menyentuh hati para pekerja, baik di dalam maupun luar negeri.
“Kiai Ma’ruf Amin dengan nuraninya berbicara dengan kebaikan untuk umat, penuh kejujuran dan inilah yang menjadi sisi keunggulan KH Ma’ruf Amin, yakni dasar-dasar terhadap pemahaman kemanusiaan,” ujar Hasto.
Menurut Hasto, hal lain yang membuat Kiai Ma’ruf berhasil mendominasi panggung debat lantaran yang bersangkutan punya jam terbang panjang dalam berdialektika dengan umat.
Selain itu, Hasto mengatakan kebersihan hati dan pikiran Kiai Ma’ruf menjadi faktor kunci keunggulan dari Sandi. Sebaliknya, Hasto menilai Sandi yang tampil dalam kemudaan secara fisik, dinilainya justru gagal mengelaborasi visi misi.
“Terbukti, bahwa visi dan jiwa muda jauh lebih penting daripada sekadar berpenampilan muda namun miskin kebijaksanaan,” ujar Hasto. (us/cnn)