PBNU Beberkan 20 Pesantren Penyebar Paham Radikalisme

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj (tengah) di Mapolda Jatim (santrinews.com/mahrus)

Surabaya – Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj kembali membeberkan data sebanyak 20 pesantren di Indonesia yang menjadi penyebar paham radikalisme atau wahabi. Menurut dia, paham radikalisme selangkah lagi menjadi gerakan terorisme yang mengancam NKRI.

Oleh karena itu, kiai peraih gelar doktor dari Universitas Ummul Qura Makkah ini meminta kepada pihak kepolisian untuk memantau 20 pesantren tersebut.

“Wahabi memang bukan teroris, tapi ajarannya ekstrem, selangkah lagi menjadi teroris. Saya minta kepada Pak Kapolri untuk memantau 20 pesantren yang menyebarkan paham wahabi,” ujarnya saat acara penandatangan Nota Kesepahaman serta Seminar Nasional “˜Penanganan Konflik Sosial dan Ujaran Kebencian atau Hate Speech’, di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Kamis, 1 September 2016.

Kiai Said menjelaskan, hal yang dimaksud paham ekstrem adalah menyebut golongan lain di luar golongan tersebut bid’ah bahkan musyrik. “Mereka menyebut Maulid Nabi bid’ah, ziarah kubur syirik, perayaan haul syirik, semuanya masuk neraka. Kalau sudah begini boleh membunuh orang NU kan kerjanya syirik semua,” tambahnya.

Ia menyebut beberapa fakta bahwa paham tersebut memicu terjadinya tindakan terorisme. Hal ini terungkap dari beberapa pelaku bom bunuh diri berasal dari pesantren paham wahabi. Contohnya, pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon pelakunya adalah Saifuddin alumni dari Pesantren Assunnah di Desa Kali Tanjung, Kecamatan Graksan, Cirebon Selatan. Direktur pesantren itu bernama Salim Bajri Yusuf Ba’itsa. Syarifudin dari Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kuningan, Jawa barat juga pelaku bom Hotell Ritz Carlton.

“Kemudian Ahmad Yusuf dari Cirebon Timur pelaku bom Gereja Bethel di Solo adalah keluaran pesantren wahabi,” katanya.

Kiai Said juga menjelaskan, semua pelaku bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, beberapa waktu adalah alumni dari pesantren beraliran wahabi seperti Afifi dari Subang, Dian Ali dari Tegal, Muazzam dari Desa Kedung Wungu, Kecamatan Karang Ampel, Indramayu. Ada lagi Abu Wardah, Santoso, Ali Gufron, dan Umar Patek yang mertuanya bernama Hisyam Bawazir, pemilik salah satu pom bensin di Pemalang, Jawa Tengah.

Di hadapan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, ia menyebut sejumlah pesantren yang beraliran wahabi dan penyebar paham radikalisme. “Selain Pesantren Assunnah, juga ada Pesantren Al Faruq di Jalan Danau Toba, Jember, Jawa Timur, yang Ketuanya bernama Amin Rojab, Pesantren Al Fitroh di Jalan Arif Rahman Hakim, Surabaya, yang direkturnya bernama Ainul Harist,” ungkapnya.

Selain itu ada Pesantren Umar bin Khattab di Mataram; Pesantren Assoffah di Lenteng Agung, Jakarta, yang diketuai oleh Maman Abdurahman dan pernah terlibat dalam pengeboman Hotel Atrium, akibatnya pernah dipenjara 1 tahun. Kemudian ada lagi Pesantren Ulil Albab di Bandar Lampung.

“Kami minta kepolisian mengawasi pesantren-pesantren itu karena menyebarkan paham wahabi di Indonesia,” pungkasnya. (rus/okz)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network