Romantisme Nabi: Liur Nabi dan Aisyah Menyatu Jadi Satu

Seminggu terakhir lagu “Aisyah, Putri Abu Bakar Istri Rasulullah” adalah lagu yang paling banyak diputar di Indonesia. Puluhan juta orang telah menontonnya.

Namun, di tengah tingginya perhatian publik pada lagu religi itu, sebagian orang coba mempersoalkannya. Liriknya dianggap terlalu vulgar menampilkan sisi romantisme Nabi dan Aisyah.

Padahal, jika kita membaca literatur Islam, kita tahu bahwa romantisme itu fakta bukan fiktif. Sayyid Muhammad dalam “Muhammad al-Insan al-Kamil” mengisahkan kesukaan Nabi lari-lari manja bersama Aisyah.

Nizar Abazhah dalam bukunya Fi Bayt al-Rasul menggambarkan kebiasaan Nabi meminum air di bekas minum bibir Aisyah pada gelas yang sama.

Bahkan, romantisme itu dipertahankan Nabi sampai akhir hayatnya. Aisyah —seperti diungkap Ibn Katsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah — membuat pengakuan menarik. Alkisah, beberapa saat sebelum wafat, Nabi SAW masih bersiwak dengan kayu siwak Aisyah.

“Liurnya dan liurku menyatu jadi satu”, demikian kata Aisyah. Nabi pun meninggal di rumah Aisyah, menghadap Allah dalam pelukannya, dan disemayamkan persis di kamarnya.

أن عائشة كانت تقول: إن من نعمة الله على أن رسول الله صلى الله عليه وسلم توفى فى يومى وفى بيتى وبين سحرى ونحرى وإن الله جمع بين ريقى وريقه عند الموت…..

Nabi SAW memang suami romantis. Jujur, tak banyak suami yang bisa meneladani Nabi dalam soal romantisme ini. Tapi kita berharap, semoga kita bisa meneladani Nabi pada hal yang lain lagi.
(*)

Sabtu, 5 April 2020

Dr KH Abdul Moqsith Ghazali, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Ketua LBM PBNU.

Terkait

Sakinah Lainnya

SantriNews Network