Hikmah Dua Rukuk dalam Shalat Gerhana
Assalamualaikum ustadz. Ketika saya mempelajari tata cara shalat gerhana, ternyata ada sedikit perbedaan dengan shalat sunah biasa. Dalam shalat gerhana, dalam satu rakaat ada dua rukuk. Berarti dalam dua rakaat ada empat rukuk. Kira-kira kenapa ya kok dalam shalat gerhana di setiap rakaatnya rukuknya dua kali? Apa hikmahnya?
Ika, Tulungagung
Jawaban:
Setidaknya, ada dua pendapat mengani hikmah penambahan rukuk ini. Pertama, kita tahu bahwa gerhana matahari atau gerhana bulan termasuk tanda-tandan kekusaan Allah. Tanda-tanda ini mengingatkan dan menakutkan. Dalam kondisi seperti ini, sangatlah pantas jika rukuk itu ditambah. Sebab, rukuk termasuk ibadah yang dianugrahkan oleh Allah terhadap umat Nabi Muhammad saw.
Pun pula, shalat gerhana dilaksanakan untuk mendapatkan ridha Allah dan selamat dari murka serta siksanya. Rukuk yang merupakan wujud merendahkan diri di hadapan Allah sangat pantas dilakukan dalam kondisi tersebut.
Dengan demikian, dapat difahami penambahan rukuk dalam salat gerhana untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari fitnah, bencana, serta murkanya.
Kedua, dalam shalat biasa, rukuk adalah wasilah (pelantara) menuju sujud. Rukuk itu jalan, sedangkan sujud adalah tujuan. Keduanya sama-sama merendahkan diri di hadapan Allah. Hanya saja, sujud memiliki nilai lebih merendahkan diri dari rukuk.
Ditambahnya rukuk dalam shalat gerhana menjadi dua di setiap rakaatnya menunjukkan bahwa yang terpenting dilakukan ketika terjadi gerhana adalah memperbanyak wasilah. Memperbanyak jalan yang bisa menyampaikan pada tujuan. Yang dimaksud tujuan dalam konteks gerhana adalah selamat dari bencana. Sebab, gerhana termasuk tanda-tanda Allah yang begitu menakutkan.
Selain itu, rukuk lebih sulit dilakukan dari pada sujud. Lalu, kenapa dalam shalat gerhana malah ditambah? Hal ini mengindikasikan bahwa yang diinginkan ketika terjadi gerhana adalah memperbanyak melakukan ketaatan dan melakukan ibadah yang berat.
Lihat, Fatawa al-Kubra, juz:1, hal: 276
Ø§Ù„ÙØªØ§ÙˆÙ‰ الÙقهية الكبرى (1/ 276):
وَاَلَّذÙÙŠ يَظْهَر٠أَنَّ الْØÙكْمَةَ ÙÙŠ زÙيَادَة٠الرّÙÙƒÙوع٠ÙÙŠ ØµÙŽÙ„ÙŽØ§Ø©Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØ³ÙÙˆÙÙ Ù‡ÙÙŠÙŽ أَنَّ Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØ³ÙÙˆÙÙŽ من Ø¢ÙŠÙŽØ§ØªÙ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽØ§Ù‡ÙØ±ÙŽØ©Ù ÙŠÙØ®ÙŽÙˆÙ‘ÙÙ٠بها عَبÙيدَه٠كما صَØÙ‘ÙŽ ÙÙŠ Ø§Ù„ØØ¯ÙŠØ« Ùَنَاسَبَ زÙيَادَة٠الرّÙÙƒÙوع٠Ùيه Ù„ÙØ£ÙŽÙ†Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ù…Ùمَّا تَÙَضَّلَ اللَّه٠بÙه٠على هذه الْأÙمَّة٠دÙونَ غَيْرÙهَا إذْ هو من Ø®ÙŽØµÙŽØ§Ø¦ÙØµÙهَا على ما قَالَه٠جَمَاعَةٌ من الْمÙÙÙŽØ³Ù‘ÙØ±Ùينَ وَغَيْرÙÙ‡Ùمْ الى ان قال ÙÙŽØ¥Ùنْ Ù‚Ùلْنَا إنَّه٠ليس من Ø®ÙŽØµÙŽØ§Ø¦ÙØµÙهَا ÙÙŽØÙكْمَة٠زÙيَادَتÙه٠أَنَّه٠ÙÙŠ Ø³ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù الصَّلَوَات٠كَالْوَسÙيلَة٠لÙÙ„Ø³Ù‘ÙØ¬ÙÙˆØ¯Ù Ù„ÙØ£ÙŽÙ†Ù‘ÙŽ ÙƒÙلًّا Ù…ÙنْهÙمَا Ùيه Ø®ÙØ¶Ùوعٌ Ù„ÙŽÙƒÙنَّه٠ÙÙŠ Ø§Ù„Ø³Ù‘ÙØ¬Ùود٠أَعْظَم٠وكان ÙƒÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙŽÙ‚Ù’ØµÙØ¯Ù وَالرّÙÙƒÙوع٠كَالْوَسÙيلَة٠له ÙˆÙŽÙ„Ùهَذَا ÙÙØµÙÙ„ÙŽ بَيْنَهÙمَا Ø¨ÙØ§Ù„ÙØ§Ø¹Ù’ØªÙØ¯ÙŽØ§Ù„Ù ØØªÙ‰ تَتَمَيَّزَ الْوَسÙيلَة٠عن Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽÙ‚Ù’ØµÙØ¯Ù وإذا كان الرّÙÙƒÙوع٠كَالْوَسÙيلَة٠Ùَنَاسَبَ Ø§Ø®Ù’ØªÙØµÙŽØ§ØµÙÙ‡Ù Ø¨ÙØ§Ù„زّÙيَادَة٠إعْلَامًا أَمَا Ø¨ÙØ£ÙŽÙ†Ù‘ÙŽ الْمَطْلÙوبَ ÙÙŠ هذا الْوَقْت٠الْإÙكْثَار٠من الْوَسَائÙÙ„Ù Ù„Ùيَتَوَصَّلَ بها إلَى Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽÙ‚ÙŽØ§ØµÙØ¯Ù ÙˆÙŽÙ…Ùنْ ثَمَّ سÙنَّ الْإÙكْثَار٠من Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø¹ÙØªÙ’ق٠وَغَيْرÙÙ‡Ùمَا من وَسَائÙل٠الْخَيْر٠لÙÙ„Ù’ÙˆÙØµÙول٠إلَى Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽÙ‚ÙŽØ§ØµÙØ¯Ù ÙˆÙŽÙ‡ÙÙŠÙŽ دَÙْع٠اللَّه٠لÙهَذÙه٠الْآيَة٠الْمَخÙÙˆÙÙŽØ©Ù Ù„ÙØ¹ÙبَادÙه٠وَأَيْضًا ÙَالرّÙÙƒÙوع٠أَشَقّ٠من Ø§Ù„Ø³Ù‘ÙØ¬Ùود٠وكان ÙÙŠ تَكْرÙيرÙÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ø¥ÙØ¹Ù’Ù„ÙŽØ§Ù…Ù Ø¨ÙØ£ÙŽÙ†Ù‘ÙŽ الْمَطْلÙوبَ ÙÙŠ هذا الْوَقْت٠الْإÙكْثَار٠من الطَّاعَات٠وَإÙلْزَام٠النَّÙْس٠بÙمَا ÙŠÙŽØ´Ùقّ٠عليها من ÙÙØ¹Ù’Ù„Ùهَا Ù„Ùمَا ØªÙŽÙ‚Ù’Ø¯ÙØ±Ù عليه وَلَوْ بÙمَشَاقَّ ÙƒÙŽØ«Ùيرَة٠من الْخَيْرَاتÙ