Harlah Ke-93 NU

Ini NU-ku, NU Anda, dan NU Kita Semua

Surabaya – Dalam rangka memperingati hari lahir ke-93 Nahdlatul Ulama, PCNU Kota Surabaya melakukan kegiatan ziarah ke makam para pendiri NU yang berada di Surabaya, Ahad, 24 April 2016.

Ziarah ini diikuti sekitar 200 orang dari Pengurus Harian, Pengurus Lembaga, dan Pengurus Badan Otonom (Muslimat, GP Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa) PCNU Kota Surabaya yang dipimpin langsung oleh Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Surabaya.

“Kegiatan ziarah ke makam ini penting untuk mengenang jasa para pendiri NU khususnya yang berasal dari Surabaya , dalam kegiatan ini kita wajib untuk kirim doa kepada para Mu’asis NU yang telah banyak berperan dalam kepentingan bangsa ini,” ujar Ketua PCNU Surabaya, H A Muhibbin Zuhri.

Ziarah diawali dari makam KH Ridlwan Abdullah pencipta lambang NU yang dimakamkan di area pemakaman umum Tembok Surabaya. Selanjutnya rombongan menuju area makam Sunan Ampel.

“Di lokasi area Sunan Ampel ini selain mendoakan Sunan Ampel juga mendoakan Hasan Gipo yang dimakamkan di area pemakaman sekitar Masjid Ampel, Hasan Gipo merupakan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Pertama saat mendampingi Ro’is Aam KH Hasyim Asy’ari,” jelasnya.

Usai dari Ampel para pengurus PCNU Kota Surabaya menuju area pemakaman Rangkah Surabaya, di tengah-tengah area yang sempit dan masuk perumahan kumuh adalah lokasi makam KH Mas Alwi, ulama NU yang menciptakan nama Nahdlatul Ulama.

Lokasi makam KH Mas Alwi tersebut jauh dari kebesaran NU, dimana lokasinya sempit dan menyendiri di tengah-tengah rumah warga membuat prihatin generasi muda NU yang ikut dalam kegiatan tersebut.

Sementara dalam sambutannya, semacam puisi di peringatan harlah NU tahun ini di Musholla Taman Bungkul, Ketua NU Surabaya Muhibbin Zuhri dengan tegas mengatakan bahwa NU bukan sembarang jam’iyah. “Ini organisasi kebangkitan ulama. Sarana para ulama dan santri untuk menggapai ridla Allah swt. melalui perjuangan izzil Islam wal-muslimin.

Ini organisasi yang berdirinya diputuskan dengan istikhoroh, bukan interest. Ini organisasi para muhibbin, pecinta rasul, pengikut sunnah, bukan ahli tafkiri.

Ini organisasi yang dipanggil sejarah untuk memelihara Islam ‘ala ahlissunnah wal-jama’ah. Islam wasathiyyah yang penuh rahmah.

Ini organisasi yang membebaskan umat manusia dari imperialisme dan segala bentuk penindasan. Baik penindasan oleh sebuah bangsa terhadap bangsa yang lain, penindasan atas nama klaim kebenaran tertentu, dan bahkan penindasan atas nama agama sekalipun.

Ini adalah organisasi yang cinta kemerdekaan dan perdamaian abadi nan hakiki. Ini organisasi yang dipimpin oleh para pewaris nabi. organisasi yang dibimbing oleh ke-‘alim-an, ke-‘abid-an, dan ke-‘arif-an ulama’. Bukan organisasi yang diarahkan oleh kebodohan, nafsu dan kekonyolan berfikir.

Ini organisasi yang meyakini bahwa membela negara kesatuan adalah bagian dari titah syari’at. Sehingga dengan tegas memfatwakan jihad fi sabilillah untuk melawan kekuatan dhalim yang ingin menguasainya.

Ini adalah organisasi yang tak perlu lagi diajari demokrasi, karena musyawarah sudah merupakan bagian dari mekanismenya dalam menyelesaikan soal-soal diniyah, ijtima’iyah, maupun siyasiyah.

Ini organisasi yang mengembangkan pendidikan, tidak sekedar pengajaran. Pesantren adalah legacy NU untuk sistem pendidikan Indonesia yang mengembangkan karakter muslim nusantara yang penuh kearifan dalam beragama dan berbangsa.

Ini organisasi yang sangat menjunjung tinggi moralitas, bukan sekedar rasionalitas belaka. Organisasi yang meyakini “kuwalat”, mengajarkan sikap tawadlu’, tetapi tegas dalam menegakkan kebenaran. Tak pernah kompromi terhadap kebathilan.

Ini adalah NU, NU-ku, NU kita semua.
Selamat Hari Lahir NU yang ke-93.”

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network