Jadi Banom NU, PMII Surabaya Kecewa Sikap Tidak Tegas PB

Surabaya – Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang telah memutuskan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kembali menjadi Badan Otonom NU. Namun, Pengurus Cabang PMII Surabaya bersikukuh memilih tetap independen, sebagaimana yang sudah ditetapkan sejak 1972 silam.

“Apapun kondisinya yang terjadi kami akan menjaga dan mempertahankan marwah dari interdependensi PMII. Sejarah mencatat bahwa tahun 1972 dan tahun 1991 sudah jelas PMII tidak akan pernah lepas ikatan atau hubungan emosional dengan NU,” kata Ketua Umum PC PMII Surabaya Ali Syaifudin, Kamis, 6 Agustus 2015.

Menurut Jabrak – sapaan akrab Ali Syaifudin, PMII selama ini menganggap NU sebagai orang tua, baik dari segi historis, ideologis, nilai, asas, kultur dan tujuan yang sama, tanpa harus masuk menjadi Banom NU.

Irfan Jauhari bin Nyaman, sekretaris umum PC PMII Surabaya menambahkan, keputusan Muktamar Ke-33 NU di Jombang itu belum final, sebab, keputusan PMII kembali jadi Banom NU harus menunggu hasil forum tertinggi di PMII, yakni Kongres.

Irfan mengaku kecewa atas sikap PB PMII yang tidak tegas. Di Sidang Komisi Organisasi yang membahas soal PMII jadi Banom NU di Pondok Pesantren Denanyar, Ketua Umum PB PMII Aminnudin Maruf memang menyatakan penolakannya. Namun, ternyata pada waktu sidang pleno komisi, PMII tetap diputuskan menjadi Banom NU. “Faktanya Ketum PB PMII hanya diam tanpa melakukan resistensi apapun,” tegasnya.

Hal itu, menurut Irfan, menunjukkan bahwa PB PMII tidak konsisten dalam mengawal penolakan PMII menjadi Banom NU. “Untuk meredam isu gerakan perlawan oleh seluruh kader PMII, PB PMII hanya berlagak memberi harapan ketika sidang pleno akan berjuang agar PMII tidak menjadi Banom NU,” ungkapnya.

PMII Cabang Surabaya tegas, apapun kebijakan PB PMII tetap kami tolak demi menjaga roda organisasi yang interdependensi selama ini,” imbuhnya mengakhiri. (jaz/onk)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network