Nilai Keislaman Pengaruhi Peradaban Lampung Sejak Abad 15
Ratu Angkuan Abdul Roni (74 tahun) dan naskah kuno Hikayat Nabi Bercukur, yang masih tersimpan rapi di kediamannya (santrinews.com/istimewa)
Suatu perabadan dalam praktek keseharian masyarakat merupakan ekspresi dari sistem nilai, tatanan moral dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Konsep ini dapat dengan mudah dibuktikan pada keseharian masyarakat perkotaan dan warga desa pedalaman yang jauh berbeda.
Hal yang sama juga dapat dilihat pada prilaku keseharian orang berilmu yang tak sama dengan prilaku masyarakat awam. Itu artinya, suatu kebiasaan, tingkah laku seseorang dan bahkan praktek sosial dalam suatu masyarakat terkait erat dengan wawasan keilmuan, sistem nilai serta tuntutan sosial yang melingkupi masyarakat itu sendiri.
Mahmudah Nur dalam penelitiannya tentang naskah kuno Hikayat Nabi Bercukur (HNB) menemukan suatu fakta sosial masyarakat Lampung yang banyak dipengaruhi nilai-nilai keislaman. Penelitian ini hasil kerjasama dengan Badan Litbang Agama (BLA) Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Penelitian ini secara spesifik mengangkat naskah kuno Lampung sebagai objek utamanya. Yaitu naskah HNB yang berada di Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL).
Naskah HNB ini adalah koleksi pribadi Ratu Angkuan Abdul Roni, 74 tahun. Pria kelahiran Lampung, 21 Juli 1945 ini aktif sebagai anggota MPAL bidang hokum adat dan budaya. Ia menyimpan naskah tersebut di kediamannya di Jalan Indra Bangsawan Gg. Bangsa Ratu No.56 B Rajabasa, Lampung.
Temuan utama Mahmudah, setelah melakukan serangkaian proses penelitian yang sangat panjang adalah realita masyarakat Lampung yang sejak abad ke-15 sudah bersinggungan dengan Islam. Kesimpulan ini didapati dari analisa mendalam atas naskah NHB tersebut.
Mahmudah menuturkan, NHB yang diperkirakan ditulis pada abad-15, bersamaan dengan awal masuknya Islam ke Nusantara telah menyebutkan kata Allah dan Muhammad dalam teksnya. Artinya, pada masa itu masyarakat Lampung sudah berkenalan dengan ajaran Islam.
Temuan ini selanjutnya meniscayakan praktek sosial kesaharian masyarakat Lampung mendapat pengaruh kuat dari ajaran Islam sejak abad ke-15.
Pengaruh Hikayat Nabi Bercukur
Untuk melihat seberapa jauh Islam memberi pengaruh terhadap peradaban masyarakat Lampung, Mahmudah dalam tulisannya membatasi diri pada peran dan fungsi HNB itu sendiri. Mulai dari realitas masyarakat yang mempercayai dan mengamalkan kandungan HNB, cara masyarakat Lampung memperlakukan dan memosisikan HNB hingga praktek masyarakat melakukan dan mengamalkan HNB itu sendiri.
Terkait pengaruh HNB ini, Mahmudah mengelompokkan peran dan fungsih HNB dalam dua hal, yaitu pengaruh ideologis berupa keyakinan dan kepercayaan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta pengeruh sosialogis dimana HNB dijadikan salah satu ritual adat dalam tradisi dan adat Lampung.
Untuk mengungkap hasil temuan tersebut, Mahmudah dengan terlebih dahulu mengupas tuntas kandungan pokok naskah HNB, dapat membuat korelasi asimilatif antara naskah HNB dengan konteks sosial masyarakat Lampung di masanya. Untuk hal ini, penelitini menekankan pada kandungan utama naskah HNB yang bertutur tentang kisah Nabi Muhammad yang dicukur oleh Malaikat Jibril.
Dalam deskripsi yang lebih luas, Mahmudah mengkategorikan HNB sebagai karya kesusasteraan Melayu zaman Islam yang bercorak legenda. Proyek penulisan yang demikian ini, menurut Mahmudah bertujuan untuk mengkultuskan pribadi Nabi Muhammad sebagai Nabi akhir zaman.
Tak ayal jika dalam naskah HNB tersebut menggambarkan sosok Muhammad sebagai seorang Nabi yang tinggi martabatnya. Muhammad digambarkan sebagai makhluk kultus dan suci bahkan sampai pada kepercayaan Muhammad dapat dijadikan azimat-azimat untuk menolak bala dan untuk mendapatkan keberuntungan.
Secara korespondensi, isi kandungan HNB yang menjunjung tinggi Nabi Muhammad, berdampak besar pada kepercayaan dan keyakinan masyarakat Lampung atas kerasulan Muhammad itu sendiri. Dalam kata lain, secara ideologis penulisan HNB model ini telah berhasil menggeser kepercayaan masyarakat Lampung dari agama lokalnya menuju agama Islam. Pengnaruh ini dapat pula disebut dengan fungsi Islamisasi.
Setelah pengaruh ideologis ini berhasil, selanjutnya HNB memberi pengaruh besar terhadap praktek prilaku keseharian masyarakat. Beberapa hal yang dapat disebutkan dalam pengaruh ini adalah; rambut Nabi Muhammad yang oleh masyarakat Lampung dikultuskan dan dijadikan azimat. Tak hanya itu, naskah HNB itu sendiri diyakini memiliki kekuatan gaib tertentu.
Lebih dari itu, pengaruh HNB dapat ditemukan dalam sistem adat dan tradisi Lampung. Naskah HNB di Lampung dibacakan saat pemotongan rambut bayi pertama kalinya. Ritual ini di sebut dengan tradisi “becukor”.
Menurut Mahmudah, tradisi ini sejatinya sejak dahulu kala sudah dikerjakan oleh masyarakat Lampung. Namun setelah kedatangan Islam, dalam tradisi “becukor” ini ada ritual pembacaan naskah HNB.
Mahmudah menyebutkan bahwa tradisi “becukor” mempunyai makna yang penting dalam masyarakat Lampung baik dari segi prosesi maupun perlengkapan becukor bagi sang bayi. Bahkan bagi suatu keluarga yang belum melaksanakan ritual “becukor” ini dianggap “meme” (Bahasa Lampung: aib).
Dari beberapa deskripsi di atas, sebagaimana yang dipaparkan secara komprehensip oleh Mahmudah dalam laporan hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa HNB memberi sumbangsih cukup besar terhadap keyakinan beragama serta konstruk tradisi dan adat-istiadat masyarakat Lampung. (hay)