Dalam Seminggu, ACT Distribusikan Ratusan Liter Air Bersih kepada 19 Ribu Warga Palestina

Jakarta – Konflik berkepanjangan di Jalur Gaza, Palestina mengakibatkan beberapa wilayah mengalami krisis air. Dua Humanity Water Tank (HWT) dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkeliling mendistribusikan ratusan liter air untuk warga Palestina yang berada di daerah krisis air.
Tim Global Humanity Response (GHR) ACT Andi Noor Faradiba mengatakan, kondisi listrik di Gaza tidak menentu. Bahkan, pagi hari hingga siang lebih sering lsitri padam.
“Artinya kalau listrik padam, tidak ada air bersih yang bisa mengalir. Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan truk water tank sangat diperlukan,” kata Tim Global Humanity Response (GHR) ACT Andi Noor Faradiba, Senin, 1 Juli 2019.
Air bersih menjadi kebutuhan mendesak di Palestina. Distribusi air bersih yang dilakukan Humanity Water Tank ACT hampir setiap hari merupakan jawaban atas kebutuhan tersebut.
Humanity Water Tank berkeliling di lima wilayah di Gaza. Semuanya terbagi lagi menjadi puluhan titik distribusi. Setelah hampir dua minggu berkeliling di titik distribusi, truk akan kembali lagi ke titik awal dan mengulangi distribusi seperti yang telah mereka lakukan.
Selain di permukiman warga, Faradiba mengatakan Humanity Water Tank juga akan mendistribusikan bantuan air bersih ke fasilitas umum. Seperti sekolah, masjid, klinik, dan sarana umum lainnya.
Dalam seminggu, setiap truk diperkirakan memberikan kemanfaatan kepada 19.400 orang. Satu orang menerima 20 liter air bersih.
“Dengan adanya bantuan air bersih ini, kami berharap dapat meringankan beban Palestina terutama di tengah konflik yang seringkali meletus tiba-tiba,” ujarnya.
Dalam laporan yang dipublikasikan pada 18 Maret 2019 untuk Kantor Komisaris Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), salah seorang Pelapor Khusus di PBB Michael Lynk mengungkapkan, pada 2017 lebih dari 96 persen akuifer pesisir Gaza, yang merupakan sumber air utama bagi penduduk Gaza, tidak layak dikonsumsi manusia.
Penyebabnya yaitu ekstraksi yang berlebihan karena populasi Gaza yang sangat padat, tercemarnya air oleh limbah dan air laut, blokade Israel selama 12 tahun, dan perang asimetris yang telah membuat infrastruktur Gaza lumpuh parah dan terus-menerus kekurangan pasokan listrik. (us/cn)