71 Tahun, Fatayat NU Istiqomah Berkhidmat untuk Kaum Perempuan dan Bangsa

Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini (dua dari kiri) pada Peringatan Harlah ke-71 Fatayat NU di Jakarta (santrinews.com/istimewa)
Jakarta – Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini mengajak seluruh kader untuk tetap istiqomah dalam berkhidmat dalam memajukan kaum perempuan di Indonesia.
“Di usianya yang sudah 71 tahun, Fatayat NU sebagai organisasi perempuan akan terus istiqomah mengabdi kepada bangsa ini,” kata Anggia saat peringatan Harlah Ke-71 Fatayat NU di Jakarta, Sabtu, 24 April 2021.
Pada harlah kali ini, Fatayat NU mengusung tema “Adaptasi Tantangan Masa Kini untuk Ketahanan Perempuan”.
“Tema ini merefleksikan situasi sekarang yang dihadapi oleh dunia global, termasuk Indonesia, serta kaum perempuan di dalamnya yang dituntut selalu adaptif dengan cepatnya perubahan situasi dan kondisi, terutama akibat adanya pandemi sekarang,” ujar Anggia.
Ia menjelaskan pada harlah kali semua kader Fatayat NU di seluruh penjuru Nusantara, serta para kader Fatayat di berbagai negara, serentak memperingati harlah ke-71 tahun ini dengan berbagai kegiatan.
“Mulai dari khataman Al-Qur’an, pengajian, berbagi takjil, santunan anak yatim, dan aneka kegiatan lainnya baik secara online maupun offline. Itu bagian dari kecintaan kader terhadap Fatayat NU di harlah kali ini,” ujar Anggia.
“Tantangan dan perubahan adalah sebuah keniscayaan. Pasti terjadi kapan saja dan tidak mungkin dihindari.”
Anggia mendorong para kader untuk berikhtiar melakukan penyesuaian diri, adaptasi dengan tantangan kekinian, serta kreatif dan inovatif dalam menghadapi beragam masalah.
“Perempuan itu komponen inti dalam sebuah bangsa, organisasi, maupun keluarga,” tegas politisi PKB ini.
Sebab, menurut dia, ketahanan perempuan merupakan modal utama dalam mencapai cita-cita bersama. Adanya berbagai tantangan perlu selalu diadaptasikan secara baik agar tidak menghambat tujuan kolektif dalam berbangsa, bernegara, serta bermasyarakat
“Ada banyak tantangan dan perubahan lainnya yang membutuhkan kesiapan kita. Revolusi industri 4.0, globalisasi, akselerasi teknologi, kecerdasan buatan, pemanasan global dan perubahan iklim, dan seterusnya butuh pola adaptasi,” imbuhnya.
“Jika tidak, maka kita (perempuan) akan terlindas zaman, bahkan akan jauh tertinggal di belakang dengan peradaban global,” pungkasnya. (rus/onk)