Nyai Hj Mundjidah Wahab: 40 Tahun Berkhidmat di Panggung Politik

Nyai Hj Mundjidah Wahab (santrinews.com/saif)
Lebih dari 40 tahun dalam perjalanan hidup Nyai Hj Mundjidah Wahab diisi dengan berkhidmat di dunia politik. Diawali sejak menjadi anggota DPRD termuda di Jombang, anggota DPRD Jawa Timur, hingga saat ini tercatat sebagai wakil bupati Jombang.
Bahkan bila tak ada aral, tekadnya semakin bulat untuk maju sebagai bupati pada pemilihan kepala daerah serentak 27 Juni mendatang.
“Saya tidak menampik kalau ada kalangan yang mengatakan bahwa politik itu kotor, penuh muslihat, menggunting dalam lipatan, serta korupsi,” kata Nyai Hj Mundjidah Wahab ditemui beberapa waktu berselang.
Baca: Cegah Kekerasan Seksual Anak, Wabup Jombang Blusukan Sambil Berdongeng
Namun Nyai Hj Mundjidah memastikan bahwa anggapan tersebut akan kembali kepada yang bersangkutan. “Masih banyak kalangan anggota dewan dan pimpinan daerah yang justru menjadikan politik sebagai lahan perjuangan,” ujarnya.
Ketua Pimpinan Cabang Muslimat NU Jombang ini kemudian menunjukkan sejumlah fakta bahwa perhatiannya demikian tinggi kepada masyarakat. Khususnya terkait perkembangan dan masa depan Nahdlatul Ulama, termasuk badan otonom seperti Muslimat NU, Fatayat NU dan IPPNU.
“Saya selalu memberikan perhatian dan sumbangan dana agar sejumlah kegiatan NU bersama badan otonom mampu berkhidmat dengan baik,” kata putri pahlawan nasional, KH Abdul Wahab Hasbullah ini.
Baca Juga: Proses Panjang Gelar Pahlawan Mbah Wahab
Perempuan dan Politik
Saat itu, Nyai Mundjidah memberikan penjelasan terkait kiprah perempuan di dunia politik. “Peran perempuan sangat dibutuhkan agar kebijakan yang terkait dengan perempuan mendapatkan kepastian hukum,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Jombang tersebut.
Baca Juga: Refleksi Kopri PMII: Pendidikan Perempuan Masih Tergadaikan
Apalagi secara statistik ditemukan bahwa mayoritas penduduk di Jawa Timur dan Indonesia adalah perempuan. “Bagaimana akan lahir kebijakan yang mendukung perempuan, kalau kiprah mereka di legislatif maupun eksekutif dan kiprah lain ternyata tidak signifikan,” kilah istri allahumma yarham, KH M Asy’ari tersebut.
Kendati demikian, putri ketiga dari lima bersaudara ini tetap mengingatkan perempuan yang memilih aktifitas di sektor publik sebagai pilihan. “Tugas utama di rumah tetap harus menjadi prioritas. Jangan sampai kalah, apalagi ditinggalkan gara-gara beraktifitas di luar,” sergahnya.
Baca Juga: Perempuan Harus Melek Politik
Hal tersebut ditunjukkannya dengan memberikan perhatian dalam hal pendidikan dan kegiatan harian bagi anak-anaknya. “Karena tidak seluruh waktu saya ada di gedung wakil rakyat, maka perhatian kepada anak tidak sampai terabaikan,” katanya.
Tidak berhenti hanya mengurusi masalah rumah tangga, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muslimat NU Jatim ini tercatat sebagai pengasuh di ribath atau asrama Pondok Pesantren Putri Lathifiyyah II Bahrul Ulum Tambakberas. “Saya sudah terbiasa mengisi jadwal shalat berjamaah bagi santri dan memberikan perhatian atas perkembangan mereka,” ujarnya.
Baca Pula: Perempuan Harus Jadi Penggerak Ekonomi
Hal tersebut lantaran jadwal sebagai wakil rakyat tidak mengharuskannya setiap hari masuk kantor. “Sehingga masih bisa berbagi waktu dengan para santri,” katanya. Saat menjadi anggota DPRD Propinsi Jatim sekalipun yang tentu saja berkantor di kawasan Indrapura Surabaya, tetap mengusahakan untuk pulang.
Pilihan Menjadi Bupati
Selama ini, dirinya tercatat sebagai Wakil Bupati Jombang periode 2013-2018. “Akan tetapi, menjadi orang kedua ternyata tidak bisa berbuat optimal bagi kiprah dan perhatian menyejahterakan rakyat,” akunya.
Sejumlah kebijakan yang menyangkut kedinasan dan berkaitan dengan hajat hidup masyarakat juga tidak dapat dilakukan. “Karena semua ditangani oleh bupati,” sergahnya.
Baca Juga: Menunggu Kiprah Perempuan di Ranah Publik
Sejumlah pembagian tugas yang pada periode awal telah diteken, nyatanya jauh panggang dari api. “Toh nyatanya itu hanya menjadi kesepakatan tanpa dapat dijalankan,” katanya dengan mimik kecewa. Karenanya, di banyak kesempatan, Nyai Mundjidah menyampaikan maaf baik kepada kepala dinas, sejumlah perangkat dan masyarakat secara umum atas kondisi ini.
Berkaca dari pengalaman periode berjalan tersebut, dengan juga meminta pertimbangan dari berbagai kalangan akhirnya tekadnya bulat maju sebagai calon bupati pada perhelatan pemilihan kepala daerah 2018 mendatang. “Saya tidak ingin menentang hati nurani, apalagi mengecewakan masyarakat,” ungkapnya.
Baca Juga: Pengabdian Any Rufaedah yang Tiada Batas
Terkait pilkada yang butuh banyak biaya, hal tersebut tidak terlampau menjadi pertimbangan. “Saya punya banyak kenalan kawan yang sukses menjadi bupati dan gubernur dengan biaya terjangkau,” katanya.
Karenanya, bersama pasangan yang kini digandengnya, Nyai Mundjidah memastikan bertarung pada pemilihan kepala daerah dengan dua kontestan lain. “Semoga dipercaya warga Jombang, dan mampu mengemban amanah dengan baik,” pungkasnya. (saif/hay)