Kiai As’ad Ali: NU Miliki Peran Strategis Atasi Radikalisme

Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As'ad Said Ali (santrinews.com/kanalsatu)

Surabaya – Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As’ad Said Ali menegaskan bahwa NU memiliki peran strategis dalam mengatasi aksi radikalisme, karena pendekatan ulama lebih bisa diterima kelompok radikal daripada pendekatan polisi/militer.

“Kelompok radikal itu sering berbeda nama dan cara, tapi bentuk dan ajarannya dapat dipastikan sama, apakah Al Qaeda, ISIS, Jamaah Islamiyah, atau lainnya,” katanya dalam bedah buku karyanya di Impire Palace Surabaya, Sabtu, 29 Nopember 2014.

Dalam bedah buku berjudul “Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi, dan Sepak Terjangnya” karya As’ad Said Ali, itu hadir sebagai pembanding yakni KH Agoes Ali Masyhuri (Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim), Masyhuri Malik (ketua Lazisnu), dan Ikhwanul Qosim (tokoh pers).

Menurut As’ad, seperti dilansir Antara, Al-Qaeda itu pada hakekatnya perlawanan. “Al-Qaeda itu merupakan kelompok perlawanan terhadap negara X yang disponsori negara Y, lalu kelompok perlawanan dari beberapa negara itu dilatih di Afghanistan dengan dibumbui jihad yang dimaknai dengan perang,” tandasnya.

Dia menjelaskan, Indonesia sempat diminta mengirim personel untuk bergabung dengan kelompok perlawanan yang sudah dilatih itu, namun Indonesia lebih memiliki pendekatan politis, meski akhirnya ada kelompok perseorangan dari Indonesia yang berangkat ke Afghanistan.

“Penolakan kita ternyata tepat, karena jalan tengah yang dipilih itu membuahkan hasil. Misalnya, intelijen Korea pernah minta tolong Indonesia untuk membebaskan 23 warganya yang ditawan Kelompok Taliban pada tahun 2007,” ungkapnya.

Menanggapi permintaan itu, dirinya saat menjabat Wakil Kepala BIN pun meminta tolong warga NU yang ada di dekat wilayah Taliban untuk membantu. “Saat itu ada pengurus Ansor NU yang mau dan dia menyamar jadi Jamaah Tabligh dan diterima,” tuturnya.

Hal yang sama juga dilakukan saat pelepasan wartawan Meutya Hafid. “Penyelesaiannya juga sama, hubungan antarulama mampu diterima kelompok radikal di sana, jadi bukan dengan pendekatan kepolisian atau militer,” tukasnya. (jaz/onk)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network