Menteri Agama Ingatkan Tiga Karakter Utama Santri
Menteri Agama H Lukman Hakim Saifuddin (santrinews.com/liputan6)
Makassar – Menteri Agama (Menag) RI, H Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan para santri untuk menjaga karakteristiknya. Hal ini dilakukan saat bersilaturrahmi dengan unsur pimpinan, pembina dan santri di Pondok Pesantren An Nahdlah di Jalan Tinumbu, Makassar, Ahad, 24 Mei 2015.
Dirinya mengatakan, perlu menjaga tiga karakteristik utama untuk para santri, yaitu, mandiri, ikhlas dan sederhana. “Ada tiga karakter utama, yaitu mandiri, ikhlas, dan sederhana,” tutur Lukman Hakim Saifuddin yang menyempatkan diri berbaur dengan pondok pesantren yang bersantri 750 orang itu.
Dia juga menjelaskan, pendidikan utama yang harus ditanamkan terhadap santri yang pertama adalah kemandirian. Para santri diajarkan untuk terbiasa dan tidak bergantung pada orang lain, seperti menyiapkan pakaian dan makanan sendiri serta mengatur pelajaran sendiri.
Menurut Lukman, seperti dilansir Okezone, kemandirian merupakan modal utama hidup di tengah masyarakat kelak dan menjadi pembeda antara generasi yang lain.
Sementara itu, soal kesederhanaan, Lukman berpendapat bukan berarti santri tidak diperbolehkan menggunakan barang mahal, tapi gunakan apa yang kita miliki secara proporsional. “Gunakanlah sesuatu itu sesuai kebutuhan, tidak perlu bermewah-mewah. Misalnya seperti di era komunikasi saat ini. Kita tentu butuh handphone. Itu bukan berarti kita tidak sederhana. Karena memang handphone dibutuhkan,” jelasnya.
Lukman Hakim Saifuddin memberikan apresiasi terhadap penjelasan pimpinan umum Pondok Pesantren An Nadhlah, Dr KH Afifuddin yang mengatakan, dalam mendidik pihaknya tidak memaksakan santri dan santriwati kelas harus jadi apa. Yang diajarkan hanyalah kebaikan. Jika kelak jadi polisi, jadilah polisi yang baik, jika atlit maka jadilah atlit yang baik atau politisi maka jadilah politisi yang baik.
“Mengajari kebaikan adalah hakikat pesantren kita. Kiai, guru atau pembina pesantren tidak pernah mencita-citakan santrinya kelak jadi apa atau menduduki jabatan apa. Benar sekali, yang harus diajarkan adalah kebaikan sehingga kelak santri kita berkemampuan untuk memberikan kemaslahatan, bermanfaat bagi sesama, bagi lingkungan,” imbuhnya.
“Jangan takut, nanti akan ada jalannya sendiri. Yang dituntut kepada santri itu hanya tiga yakni belajar, belajar dan belajar,” pungkasnya. (jaz/ahay)